Langsung ke konten utama

Anak Generasi Internet, Hiburannya Warnet

Gerombolan anak lelaki itu berteriak seru layaknya suporter sepak bola. "Hiat, kiri dong... kiri... itu... itu musuhnya! Hajar... hajar," teriak salah seorang anak. Mata mereka tertuju pada sebuah layar komputer di sebuah warung internet atau warnet yang mereka sewa bersama.

Rupanya, mereka tengah bermain game online. Salah satu di antara mereka, Andi, mengaku sering datang ke warnet yang terletak di kawasan Tanjung Barat, Jakarta Selatan, itu untuk bermain game. "Main Facebook juga," katanya saat berbincang di warnet Tanjung Barat, Jakarta Selatan, Minggu (31/1/2010).

Tak jauh dari komputer yang disewa Andi, segerombol anak perempuan juga duduk tenang di depan layar. Bedanya, mereka tidak berteriak-teriak layaknya gerombolan anak laki-laki. Terlihat di layar komputer, sang anak perempuan sedang mengutak-utik aplikasi game Farmville yang temanya berkebun dan beternak di Facebook masing-masing.

"Biasanya buka Facebook. Kadang game online. Kadang-kadang doang. Biasanya enggak bareng-bareng, enggak lama, setengah jam doang," ujar Tia yang masih duduk di kelas V SD.

Rupanya, setiap hari libur seperti Sabtu dan Minggu, warnet milik Yusuf itu dipenuhi anak-anak sejak pagi hingga malam hari. "Kalau hari libur, mereka (anak-anak) dari pagi pukul 08.00 sampai 18.00 lewatlah," kata Yusuf.

Diakui Yusuf, pelanggan setia warnetnya memang anak-anak sekolah tingkat SD dan SMP. Biasanya, lanjut Yusuf, anak-anak itu menghabiskan uang paling banyak hingga Rp 10.000 untuk sekali main di warnetnya. "Biasanya yang paket 3 jam Rp 9.000 atau empat jam paling lama," kata Yusuf.

Fenomena anak memenuhi warnet memang tak asing lagi saat ini. Yusuf pun mengakui bahwa anak-anak yang berkunjung ke warnetnya sudah pintar mengoperasikan komputer berakses internet. "Emang ya aneh juga. (Mereka) pinter-pinter banget, malah udah ngertian dia (anak-anak). Kalau soal game, dia yang lebih tahu," katanya.

Yusuf juga bercerita, gaya hidup anak-anak zaman sekarang memang berbeda dengan masa kanak-kanak Yusuf. "Beda anak sekarang. Kalau zaman dulu kan biasa maen di lapangan. Beda zaman, pada paham internet. Sekarang kan di sekolah tugas-tugas pakai komputer sih," tuturnya.

Memang, saat ini teknologi informasi semakin berkembang. Serbuan informasi media baru, seperti internet, tak dapat dihindari. Begitupun dengan anak-anak. Sifat internet yang interaktif memang menarik minat anak-anak, terlebih saat ini sistem pendidikan di sekolah-sekolah mewajibkan siswanya terbiasa dengan teknologi.

"Kadang ada juga yang ke warnet untuk bikin tugas. Tugas-tugas mereka (anak-anak) kan pakai komputer, cari di internet," imbuh Yusuf.

Untuk mengantisipasi kenakalan anak yang membolos sekolah demi bermain di warnet, Yusuf mengaku telah melarang anak-anak yang berseragam masuk ke warnetnya. "Kalau pakai seragam enggak boleh masuk," imbuhnya.

sumber : http://tekno.kompas.com/read/xml/2010/02/01/10453310/anak.generasi.internet.hiburannya.warnet

POPULAR

Rasulullah Pingsan dan Menangis Saat Mendengarkan Jibril Mengisahkan Pintu Neraka

Yazid Ar raqqasyi dari Anas bin Malik ra. berkata: Jibril datang kepada Rasulullah pada waktu yang ia tidak biasa datang dalam keadaan berubah mukanya, maka ditanya oleh Rasululah Saw: "Mengapa aku melihat kau berubah muka (wajah)?" Jawabnya: "Ya Muhammad, aku datang kepadamu di saat Allah menyuruh supaya dikobarkan penyalaan api neraka, maka tidak layak bagi orang yang mengetahui bahwa neraka Jahannam itu benar, siksa kubur itu benar, dan siksa Allah itu terbesar untuk bersuka-suka sebelum ia merasa aman daripadanya".

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...