Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Teroris di Aceh

Ito: Umar Patek Jadi Trainer Aceh

Kabareskrim Polri, Komjend Pol Ito Sumardi mengatakan ada kemungkinan DPO Polri, Umar Patek, menjadi trainer di Aceh. Menurutnya, pengalaman Patek menjadi pelatih di Mindanao memperbesar kemungkinan tersebut. "Menurut fakta-fakta, keterangannya dia adalah pelatih disana jadi semua bisa saja,"ujar Ito usai mengikuti apel penutupan latihan bersama penanggulangan teroris di Lanud Halim Perdanakusumah, Senin (15/3). Hanya, Ito mengatakan, polisi belum memiliki keyakinan mengenai dimana keberadaan Umar Patek. Menurutnya, hingga saat ini belum ada kepastian dimana keberadaan Patek. "Seperti ketika Dulmatin ditemukan, kita temukan di Pamulang setelah itu kita kembangkan. tadinya sebelumnya kita belum yakin Dulmatin itu. setelah dilakukan uji forensik kita yakin dulmatin," tuturnya.

Memburu Teroris di Tanah Rencong

Pada awalnya banyak pihak kurang yakin jika di Aceh ada kelompok bersenjata jaringan teroris yang berlatih di pegunungan kawasan Jalin, Kecamatan Jantho, Aceh Besar, awal Maret 2010. Dari pegunungan kawasan Jalin, sebagai pembuka pengejaran kelompok bersenjata jaringan teroris tersebut terus berkembang ke beberapa titik lainnya di wilayah Aceh Besar. Polri menyebutkan bahwa di pedalaman kawasan Jalin tersebut telah dijadikan sebagai lokasi latihan bersenjata jaringan teroris dengan kekuatan diperkirakan mencapai 50 orang. Informasi tentang adanya jaringan bersenjata dipedalaman Jalin itu berdasarkan laporan masyarakat. Kemudian polisi melakukan pengintaian selama beberapa bulan sebelum akhirnya dilakukan penyergapan lokasi.

Cut Mini Kaget Aceh Disebut Sarang Teroris

Cut Mini miris melihat kampung halamannya, Aceh, menjadi lokasi penangkapan teroris. Aktris bertubuh mungil itu kaget Aceh disebut sebagai sarang teroris. “Kaget juga ya. Saya sebenarnya sih kelahiran Jakarta, tapi Aceh memang kampung halaman saya,” tutur Cut Mini yang ditemui di Four Seasons Hotel, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (12/3/2010). Pemain film Laskar Pelangi ini menyayangkan Serambi Mekah itu akhirnya dijuluki sarang teroris. “Memang di Aceh banyak hutan karena besar sekali daerahnya. Tidak segampang itu daerah disebut tempat teroris,” ujarnya.

Kronologi Penyergapan Terduga Teroris di Aceh

Operasi penyergapan pada Kamis 4 Maret 2010 gagal membekuk seluruh tersangka teroris yang sedang menjalankan latihan militer di Aceh Besar. Bahkan tiga personel polisi tewas dalam operasi itu. Sebagian tersangka teroris itu kemudian berhasil menghindar kontak dengan aparat. Dan hari ini, Jumat 12 Maret 2010, kepolisian menerima informasi dari Komando Rayon Militer Leupung, Aceh Besar. "Koramil dalam hal ini mungkin mendapatkan informasi dari masyarakat yang melihat orang itu turun dari Lampagu, Kecamatan Kuta Cot Glie, dan mereka laporkan kepada Pak Geuchiknya di situ dan itu yang diteruskan mungkin kepada anggota Koramil Leupung tadi," kata Kepala Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam, Inspektur Jenderal Adityawarman, dalam jumpa pers di markasnya, Banda Aceh.

Foto: Penembakan Teroris di Leupung, Aceh Besar

Dua mayat yang diduga teroris tergeletak di pinggir jalan setelah ditembak aparat kepolisian di depan Polsek Leupung, Aceh Besar, Jumat (12/3). Mereka melarikan diri dan menembak polisi saat mobil L-300 yang ditumpangi menuju Calang dihentikan.

Penggunaan Kata Teroris Aceh di Media dikritik Wagub Aceh

Seminggu belakangan ini pemberitaan mengenai teroris aceh lagi hotnya. Dan frase Teroris Aceh pun menjadi headlines di berbagai media baik elektronik maupun cetak. Namun bagi Wakil Gubernur (Wagub) Aceh, Muhammad Nazar sangat tidak sepakat. Beliau menilai bahwa penggunaan kata Teroris Aceh dapat merusak citra provinsi yang ia pimpin tersebut. "Menggunakan kata ` teroris Aceh ` yang setiap kali diberitakan media massa itu telah merusak citra Aceh sendiri. Apa maksudnya penyebutan `teroris Aceh` itu," katanya di Banda Aceh, Rabu (10/3). Hal ini disampaikan ketika memimpin apel khusus yang dihadiri ribuan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Kepala Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) provinsi tersebut. Kepada media massa, beliau menghimbau agar dalam penggunaan bahasa atau nomenklatur harus sesuai, jangan terus menggunakan "teroris Aceh".