Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label History

Refleksi: Siapakah Orang Aceh?

Oleh Kris Bheda Somerpes Pada pertengahan April 2008 saya bergabung dengan Sunspirit For Justcice and Peace, sebuah lembaga swadaya masyarakat lokal-nasional yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat dan pembangunan perdamaian berbasis komunitas di wilayah Aceh Barat. Awalnya saya agak keberatan ketika diajak bergabung, lantaran image tentang Aceh dalam ruang kepala saya dilukiskan sebagai sebuah wilayah yang mengerikan, penuh pergolakan dan bergejolak. Kesan ini tentunya amat beralasan bagi seseorang yang belum pernah mengenal Aceh secara lebih dekat dan mendalam seperti saya. Namun, rasa penasaran dan keingintahuan saya selalu mendesak untuk mencobanya. Ketakutan dan kengerian justru melenyap perlahan ketika bermunculan aneka cerita seputar Aceh yang justru melahirkan tanda tanya dan mengundang keingintahuan. Ada cerita seputar kelamnya konflik TNI- GAM, yang menarik bagi saya seputar cerita ini adalah bagaimana orang Aceh memahami perang. Ada pula cerita seputar kelamnya...

Perang Cumbok, Sepotong Sejarah Gelap

Suara itu bergetar. "Saya tidak mau membicarakannya," kata Profesor Teuku Ibrahim Alfian, ahli sejarah dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ayah dan ibu Ibrahim memang selamat dari Perang Cumbok, Aceh, 1946. Tapi nenek, kakek, paman, juga banyak sepupunya jadi korban massa yang marah pada keluarga uleebalang, bangsawan. "Saya tak tahu di mana kubur mereka sampai kini," kata Ibrahim. Dan bukan hanya Ibrahim Alfian yang berduka. "Kita semua menangis mengenang kejadian berdarah itu," kata Farhan Hamid, anggota DPR dari Fraksi Reformasi. Farhan adalah anak ketiga dari Teungku Abdul Hamid-akrab dipanggil Ayah Hamid-ulama, juga sahabat Teungku Daud Beureueh. Perang yang terjadi pada tahun 1946 hingga 1947 dan berpusat di Pidie ini, timbul karena adanya kesalahan peran dan tafsir dari kaum ulama dan Uleebalang (kaum bangsawan) terhadap proklamasi Indonesia, 17 Agustus 1945.

Sumatera Dan Bayang-bayang Kanibalisme

Oleh: Erond L. Damanik Sumatera menurut William Marsden (seorang Inggris yang bekerja sebagai sekretaris di Benteng Marlborough, Bengkulu) adalah sebuah tempat yang paling sedikit diketahui dari semua tempat di dunia yang dapat dijangkau. Pada 1779,  setelah delapan tahun bertugas di Bengkulu, Marsden kembali ke London dan mulai menulis pengamatannya terhadap seluruh aspek pulau Sumatra. Pada waktu memulai menulis karyanya yang terkenal itu, “The History of Sumatra” (terbit tahun 1783), William Marsden mengemukakan pernyataanya tentang identitas Pulau Sumatra. Marsden menulis: “banyak penulis mendeskripsikan identitas Pulau Sumatera dalam berbagai karangan dan kisah mereka. Akan tetapi pendeskripsian mereka yang hanya melalui kata-kata itu belum mampu melukiskan identitas Pulau Sumatera. Pendeskripsian itu tidak dapat menunjukkan betapa kaya dan magisnya Pulau Sumatera kepada khalayak umum”. Salah satu keunggulan buku tersebut adalah sebagian besar isinya didasark...

Google Web History is a Personal Choice

One item I find amusing is how the same product can be loved and hated by people. Perhaps, this is truer when the product is free such as Google’s Web History. Web history is a nice and useful feature, but it may not be for everyone. If not, we include instructions to erase your Google history . When I mention Google web history to people, they think of web cookies and the items they typed in the search box. Many people are comfortable with their browser storing this information. If not, they delete their browser cookies and cache . However, Google can capture a lot more than those info nuggets. In fact, they can use that data to refine your future search results. This is all part of Google’s effort to deliver personalized search. To start, Google web history is only available for people who have a Google account. Some common properties that require an account include Gmail, Google Reader, and Google Analytics to name a few. Other Google services such as their search engine or Goo...

Awal Kehancuran Kerajaan Aceh Darussalam

Masa Pemerintahan Sulthan Alaiddin Mahmud Syah, Kerajaan Belanda mengultimatum Kerajaan Aceh tertanggal 26 maret 1873 dengan diikuti pengiriman tentaranya untuk menyerang Kerajaan Aceh, sehingga pertempuran dua negara pun tak bisa dielakkan. Kerajaan Aceh pun dengan segala upaya mempertahankan kedaulatannya, baik melalui pertahanan maupun dengan cara diplomasi. Dengan pertahanan, Prajurit Kerajaan Aceh mampu menewaskan Panglima perang tentara Belanda yakni : Jenderal Mayor J.H.R Kohler. Di bidang diplomasi Kerajaan Aceh pun mengirim utusan ke Kerajaan Ottoman Turki Usmani serta mengadakan diplomasi ke Amerika Serikat melalui konsulnya di Singapura. Setelah gagal dalam Invansi pertama, Kerajaan Belanda menyiapkan Invansi kedua untuk membumi-hanguskan Kerajaan Aceh agar takluk di bawah pemerintahan Ratu Belanda. Rakyat Aceh yang beragama Islam dengan semangat Jihad fi sabilillah tetap mempertahankan Kedaulatan Negaranya Dalam invansi kedua ini, pasukan Belanda mampu merebut “Dala...

Sejarah Aceh Perlu Dimasukkan dalam Kurikulum Sekolah

Sosiolog, dan aktifis HAM Aceh, Otto Syamsuddin Ishak, mengatakan, bahwa sejarah Aceh perlu dimasukkan dalam kurikulum pelajaran di sekolah. Karena, generasi mudah Aceh saat ini tidak paham terhadap sejarahnya sendiri. “Sejarah Aceh memang belum dituliskan dalam bentuk sebuah buku induk, tetapi perlu usaha dan keseriusan pemerintah Aceh sendiri dalam hal ini, jika memang Aceh adalah sebuah kaum yang beradab yang menghargai jiwa para pahlawan,” katanya, siang ini. Dikatakan, bahwa buku Aceh Sepanjang Abad karya, Muhammad Said, pendiri Waspada, dapat dijadikan acuan untuk sementara. Pemerintah perlu memperhatikan sejumlah penulis sejarah, dan mereka-mereka yang berkaitan dengan usaha memelihara budaya, termasuk penulis sastra.

The Urantia Book

About hi5

Being bored can inspire. Some bored people are inspired to pick up a hobby. Some bored people volunteer for the greater good of the community. Some bored people spend every free night thinking of ridiculous things to do and videotape. The Hi5 falls mainly into the second catergory... oh wait, I mean the one about ridiculous things. It's all about doing something that will cause a laugh and hopefully not be too boring to watch on video later. The ideas usually start off simple... for instance, one day we decided to go to the park and feed the ducks. We ended up duct taping slices of white bread onto every visible spot on Scottys body and sent him to mingle with the ducks.

What is Xanga?

Xanga (pronounced /ˈzæŋə/) is a website that hosts weblogs, photoblogs, and social networking profiles. It is operated by Xanga.com, Inc., based in New York City.

Mother's Day History

Contrary to popular belief, Mother's Day was not conceived and fine-tuned in the boardroom of Hallmark. The earliest tributes to mothers date back to the annual spring festival the Greeks dedicated to Rhea, the mother of many deities, and to the offerings ancient Romans made to their Great Mother of Gods, Cybele. Christians celebrated this festival on the fourth Sunday in Lent in honor of Mary, mother of Christ. In England this holiday was expanded to include all mothers and was called Mothering Sunday. In the United States, Mother's Day started nearly 150 years ago, when Anna Jarvis, an Appalachian homemaker, organized a day to raise awareness of poor health conditions in her community, a cause she believed would be best advocated by mothers. She called it "Mother's Work Day."