"Buntut?"-Daud Beureueh mengernyitkan dahi. Adegan ini terjadi pada awal 1980-an di Beureunen-kota kecil 15 kilometer dari Sigli, ibu kota Kabupaten Pidie. Ketika itu sang Abu-sebutan sehari-hari Daud Beureueh-baru pulang dari tahanan rumah di Jakarta. Tengah berjalan-jalan di pasar dia melihat sekerumunan orang sibuk mencoret-coret kertas di sebuah kedai kopi. "Sedang apa mereka itu? Kok, sibuk sekali?" tanya Beureueh kepada Yasin, Camat Beureunen yang mendampinginya. "Mereka menerka kode buntut, Abu," jawab Yasin. Abu bergumam. "Hmm, judi rupanya." Tanpa disangka, Beureueh masuk ke kedai kopi itu. Tiba-tiba dia memukulkan tongkatnya keras-keras ke atas meja. Kertas kode buntut bertebaran. Lalu dengan suara menggelegar, dia menghardik dalam bahasa Aceh kasar: "Peu nyang neu peubut nyan. Buet bui? Apa yang sedang kalian kerjakan ini. Pekerjaan babi? Mereka yang hadir di kedai kopi itu langsung ambil langkah seribu. Tak ada yang berani...
Just Hack from Blogspot, anything about World from Hack