Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Soekarno

Human Rights Watch Minta Perda Syariah Dicabut

Human Rights Watch melakukan tekanan terhadap pemerintah Indonesia , di mana organisasi internasional itu menekan pemerintah, khususnya kepada Presiden SBY untuk membatalkan undang-undang 'qanun' yang telah berlaku di Aceh . Tindakan ini merupakan bentuk campur tangan yang tidak dapat diterima. Sebab, lahirnya 'Qanun' yang sekarang diterapkan di Aceh, memiliki landasan yang kuat, yaitu Undang -Undang No.18/Tahun 2001, tentang Otonomi Khusus Aceh, dan telah disyahkan DPR-RI, yang mengatur kehidupan di Aceh. Menurut Human Rights Watch  Peraturan Daerah Syariat Islam di Aceh  melanggar hak asasi manusia. Qanun di Aceh mendiskriminasi perempuan dan membuka peluang terjadinya kekerasan massal dengan dalih menegakkan syariat Islam. Laporan yang disusun Christen Broecker, peneliti Divisi Asia Human Rights Watch, menyoroti Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (mesum) dan Qanun Nomor 11/2002 tentang Pelaksanaan Syariat Islam dalam Bidang Aqidah, Ibadah, dan Syiar I...

Foto: Masa Revolusi Pasca Kemerdekaan

Pelantikan Pucuk Pimpinan T.N.I. Jenderal Soedirman oleh Presiden Soekarno Di Yogyakarta tgl. 15 Februari 1947 Jenderal Soedirman sedang ber pidato dalam satu rapat yang juga dihadiri oleh Bung Karno.

Ratna Dewi alias Naoko Nemoto

RUMAH bercat hijau di Jalan Bonang 62, Jakarta Pusat, cukup unik. Di tembok terasnya tertulis ''Srihana-Srihani''. Tulisan itu cukup mencolok, berwarna kuning keemasan setinggi 40 sentimeter. Setiap orang yang melintas di depan rumah itu selalu menduga, Srihana-Srihani adalah nama pemilik rumah. Padahal, si empunya rumah bernama Hartini, janda mantan Presiden Soekarno, atau Bung Karno (BK). Srihana-Srihani adalah nama samaran ketika BK berkirim surat dengan Hartini. Srihana nama samaran BK, sementara Srihani untuk Hartini. ''Ah, itu kenangan lama. Tapi, saya suka nama samaran pemberian Bapak,'' katanya mengenang. Seperti apa isi surat-surat itu? ''Itu urusan pribadi, tapi Bapak selalu menulis yang indah-indah,'' Hartini menambahkan. Soal surat-menyurat, BK sangat pintar memanjakan istri-istrinya dengan kata-kata puitis. Seperti surat-suratnya pada Yurike Sanger. Lihat saja cuplikan surat untuk Yurike saat BK tak bisa mengunjunginya.