UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004.
Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan.
Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR.
Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global.
“Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025.
Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelajaran dan peringatan yang luar biasa. Ia berkomitmen untuk terus merekomendasikan museum ini kepada kolega internasionalnya.
Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh, M Syahputra AZ, menyambut baik inisiatif tersebut. Didampingi Kepala Subbagian Tata Usaha, Mimi Oktriyeni, ia menekankan bahwa koleksi baru ini memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi.
“Koleksi ini bukan hanya bukti fisik dari bantuan internasional, tetapi juga simbol harapan dan keberanian masyarakat Aceh dalam membangun kembali kehidupan mereka,” ungkap Syahputra.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa penambahan koleksi ini sejalan dengan visi museum sebagai pusat edukasi kebencanaan, bukan sekadar monumen peringatan.
Inisiatif ini juga mendukung rencana pengembangan muatan lokal kebencanaan yang diusulkan oleh JICA, sehingga dapat menjadi media pembelajaran konkret bagi siswa-siswa di Aceh.
Dengan hadirnya koleksi baru ini, Museum Tsunami Aceh berharap generasi muda dapat memahami lebih dalam kondisi riil masa darurat pasca tsunami, sekaligus mengambil pelajaran berharga tentang ketangguhan, solidaritas kemanusiaan, dan pentingnya mitigasi bencana.