Langsung ke konten utama

Shinta Alvionita AS, dari Puteri Indonesia ke Ajang Miss Indonesia 2014

Berita sentimen tentang perbelakuan Qanun Syariat Islam bagi non-muslim baru saja kita hadapi (baca disini), yang jelas-jelas sang wartawan telah bermain imajinas untuk membuat Aceh terasa kontra di mata luar. Kini "keseksian" Aceh akan (kembali) diperdebat lagi. Apa pasal?

Ajang Miss Indonesia 2014 sudah di depan mata, kontestan asal Aceh kali ini juga ikut lagi dalam ajang tersebut yang tak lain mantan finalis Puteri Indonesia (PI) 2008, yakni Shinta Alvionita AS.

Shinta begitu panggilan gadis kelahiran Aceh ini, di tahun 2008 Shinta termasuk salah satu peserta PI yang menyedot perhatian publik, karena selain cantik juga satu-satunya wakil Tanah Rencong yang bisa dibilang representatif perempuan Aceh dengan berbusana muslim lengkap dengan jilbabnya.

"Apa pun kegiatan yang aku lakukan, termasuk ikut ajang pemilihan Puteri Indonesia ini, aku berusaha untuk tetap pakai jilbab. Aku tetap menjaga keyakinan sebagai orang Aceh dengan hukum syariat islamnya," kata Shinta 6 tahun yang silam.

Alumni SMAN 1 Lhokseumawe juga sempat mengatakan, sebelum memutuskan untuk ikut pemilihan PI, dia berkomitmen bahwa walau mengikuti pemilihan PI tetap pakai jilbab. "Yang penting, dengan ikut pemilihan puteri Indonesia ini, aku ingin berdedikasi pada bidang pendidikan, lingkungan, dan pariwisata," sebutnya.

Ketika disinggung bahwa di ajang pemilihan Miss Universe ada kegiatan peserta diharuskan memakai pakaian renang, Shinta dengan diplomatis mengatakan, jika terpilih dirinya akan berusaha untuk pinter-pinter beradaptasi dengan lingkungan. "Ya, mungkin tidak terlalu terbuka," ujarnya.

Beda dengan Miss Indonesia 2014

Terpilihnya Shinta di Miss Indonesia 2014 lewat audisi di Makassar tentu tidak mudah, sejumlah tahapan pun dilalui mulai dari tes berat badan, tinggi, tes tertulis, interview, video both hingga lolos seleksi tingkat nasional.

Gadis kelahiran Lhokseumawe, 13 Maret 1991 ini termasuk penyuka seni tari yang sempat bergabung di Sanggar Tari Cut Mutia.

"Sejak SMP kelas 1 aku sudah ikut sanggar tari jadi saya coba tunjukkan bakat tari saya. Karena aku basicnya di tari tradisional jadi tadi tampilin Tari saman, sedati, ranup lampuan. Kalaun untuk menambah wawasan ya banyak baca dan banyak belajar saja," sebutnya.

Bagaimana dengan soal jilbab? ajang MI dan PI memang ada sedikit perbedaan. Walaupun banyak menimbulkan kesalahpahaman soal peserta yang menggunakan jilbab, Humas Yayasan Putri Indonesia Mega Angkasa tahun 2009 silam pernah menjelaskan hal tersebut terkait soal kontroversi keterwakilan Qory Sandioriva yang tampil tanpa jilbab.

"Tidak ada peraturan khusus untuk itu. Kalau pun dulu ada kontestan dari Aceh yang memakai jilbab seperti Shinta dan Dina (Andina Agustina-Finalis Puteri Indonesia 2004 kelahiran Lhokseumawe), itu atas inisiatif sendiri, bukan karena peraturan," sebutnya.

Selain itu Mega juga memaparkan, setiap kegiatan PI untuk perwakilan selalu meminta izin dari Pemda setempat. "Setiap tahunnya kami selalu menyodorkan kepada Pemda Aceh untuk even Pemilihan Puteri Indonesia di daerah Aceh seperti yang dilakukan di daerah lain, namun Pemda Aceh selalu mengatakan belum siap. Jika ada E.O di Aceh yang menyanggupinya dan konsekuensinya peserta yang terpilih dan menjadi duta dari Aceh wajib mengenakan jilbab sesuai peraturan di daerah, ya intinya kita akan meresponnya. Tapi ini masalahnya tidak ada. Jadi kebanyakan kontestan hanya mengantongi izin dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh untuk bisa mengikuti Pemilihan Puteri Indonesia sebagai duta dari Aceh," kisahnya.

Lalu bagaimana dengan MI sendiri, apakah keterwakilan Shinta yang saat ini telah membuka jilbab juga telah melewati prosedur seperti yang dilakukan oleh pihak penyelenggara PI? Sama seperti tahun 2013, perwakilan Aceh di MI juga banyak yang merasakan janggal dengan calon kontestan yang tidak dikenal oleh masyarakat Aceh sendiri, salah satunya Retna Maharani.

Intinya yak pehtem-lah, untuk kesekian kalinya "keseksian" Aceh akan diekspos gencar lagi. Apakah pihak MI akan angkat bicara soal ini atau malah dari pihak Pemda Aceh sendiri unjuk gigi? Kita tunggu saja setelah iklan-iklan yang lewat berikut ini.[]

Inilah (katanya sih) sejumlah akun Twitter Miss Indonesia yang pernah mewakili Aceh sejak tahun 2006 hingga 2014, mulai dari Cut Nadira Sari (@CutNadira), Mellyza Shavira (@mellyzashavira), Rafiqa Soraya (@rafiqasoraya), Retna Maharani (@AjengRetna), dan Shinta Alvionita (@shinta_fa).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Upcoming Facebook Redesign Surface

Macam-macam Penyakit Dunia yang Dikenal oleh Masyarakat Aceh

Penyakit donya (dunia) dalam pengetahuan orang Melayu seperti di Aceh adalah penyakit yang disebabkan oleh hal-hal supranatural atau adikodrati, atau tersebab manusia yang bersekutu dengan jin, setan, atau makhuk halus yang jahat. Aceh adalah salah satu suku terbesar di Propinsi Aceh. Kebesaran suku Aceh tidak hanya tampak dari kesenian dan kepahlawanan masyarakatnya, tetapi juga pengetahuan mereka terhadap penyakit dan penyembuhannya. Bagi mereka, sakit adalah hal serius yang harus disikapi. Karena itu, mereka mengabadikannya dalam sebuah pengetahuan tentang klasifikasi penyakit dan penyembuhannya (Meuraxa, Dado 1956; Rusdi Sufi dkk, 2006; Rusdi Sufi dkk, 2004).

10 Alasan Akun Facebook di Blokir

Ada 10 alasan yang mendasar kenapa akun facebook dapat diblokir, yaitu : 1. Tidak menggunakan nama asli. Jangan pernah menggunakan nama julukan karena Facebook bisa mengetahuinya. 2. Bergabung dengan Group terlalu banyak. Facebook hanya membatasi setiap user bergabung dengan 200 group saja. 3. Terlalu banyak mengirim pesan atau Wall di sebuah Group. Buat pengalaman aja aku pernah diblokir Facebook 3 kali karena sering melakukan ini.hehe.