Langsung ke konten utama

Tiga Kebohongan Facebook Tentang Privasi

Berikut ini tiga kebohongan yang diungkapkan oleh Vice President for Public Policy Facebook, Elliot Schrage, sperti di kutip berita lampung dari vivanews saat menanggapi pertanyaan-pertanyaan hak-hak privasi konsumen, dikutip dari PC World dan New York Times.

1. Saat ditanya kenapa Facebook tidak membuat semua setelan privasi di Facebook sebagai 'Opt-in' alias seluruhnya 'private' kecuali pengguna menginginkan dan mengubahnya menjadi 'public', Elliot memberikan jawaban dan argumen yang 'memukau'.

"Semuanya opt-in di facebook. Bergabung ke Facebook adalah pilihan. Kita ingin agar orang-orang terus menggunakan Facebook setiap hari. Menambah informasi, mengunggah foto, memposting status baru, menyukai sebuah laman. Semuanya Opt-in. Silakan jangan berbagi informasi, bila Anda tidak nyaman."

Padahal, saat bergabung ke Facebook, sebagian besar data-data pengguna baru seperti biografi, interest, postingan, friend, family, relationship, lokasi, edukasi dan banyak lagi, akan langsung terpublikasi oleh publik, karena default setting-nya adalah 'share with everyone'. Ini merupakan model 'Opt out', bukan 'Opt in'.

2. Saat ditanya bagaimana bila pengguna menghapus akun Facebook mereka, Elliot mengatakan bahwa pengguna bisa melakukan penghapusan secara permanen. "Bila Anda sudah tidak mau menggunakan Facebook lagi, Anda bisa menghapus akun Anda. Penghapusan ini adalah permanen, dan akun Anda tidak akan bisa diaktifkan kembali. Saat kami memproses permintaan penghapusan akun, kami langsung menghapus seluruh informasi yang terkait dengan akun tersebut. Message dan postingan di dinding akan tetap, tapi teratribusi dengan pengguna Facebook anonymous. Konten yang dulu Anda buat, tidak bisa diakses di Facebook, dan tidak di link ke informasi pribadi Anda di manapun."


Faktanya, apa yang dikatakan Elliot tidak benar. Saat hendak menghapus akun Facebook, pengguna tidak akan mendapatkan tawaran opsi untuk menghapusnya secara permanen. Yang bisa Anda lakukan cuma 'deactivate'. Tombol 'delete account' tak akan bisa dijumpai dengan mudah. Pengguna musti pergi dulu ke Help Center dan melakukan pencarian 'delete account' sehingga akan membawa Anda ke laman FAQ.

Di pertanyaan nomor 5 yang berbunyi "I want to permanently delete my account. How do I delete my account?" Setelah itu, di bagian jawaban baru ada link yang mengarahkan pengguna ke opsi penghapusan permanen.

Repotnya lagi, setelah itu pengguna dipersulit lagi dengan jendela yang meminta password lengkap dengan puzzle CAPTCHA. Sudah begitu, akun kita juga tidak langsung terhapus, karena hanya di deaktivasi selama dua pekan. Di sela-sela itu pun, Facebook masih mengirimi kita email berisi link simpel untuk kembali log-on, yang akan langsung mengembalikan akun kita dalam sekejap.

3. Kepada New York Times, Elliot mengatakan bahwa keamanan pengguna Facebook terjaga. “Untuk sebuah layanan yang bertumbuh secara dramatis, kami menangani lebih dari 400 juta orang untuk berbagi miliaran kepingan konten kepada teman-teman mereka serta institusi yang mereka perhatikan. Kami pikir, rekam jejak kami untuk masalah sekuriti dan keamana, tidak tertandingi,” kata Elliot.

Kenyataannya Facebook mengalami beberapa masalah dalam mengamankan data pribadi pengguna baru-baru ini. Pekan lalu, Facebook memperkenalkan fitur 'Instant Personalization' yakni fitur yang memungkinkan pihak ketiga untuk mengakses informasi-informasi Facebook pengguna dan menampilkannya melalui situs pihak ketiga itu. Untuk fitur ini, Facebook telah meluncurkan tiga mitra mereka, yakni Yelp, Pandora, dan Microsoft Docs.com.

Namun, fitur baru itu menimbulkan celah yang bisa dimanfaatkan oleh peretas untuk mendapatkan data-data penting pengguna seperti email, username, serta semua data-data yang di di-share kepada "everyone".

Celah itu sempat ditutup oleh Yelp, namun pada hari yang sama ditemukan lagi celah lainnya. Akibatnya, Yelp sempat mematikan sementara fitur Instant Personalization Facebook, untuk menemukan celah-celah baru lainnya.

Selain itu, dua pekan lalu, para pengguna Facebook juga sempat dikejutkan dengan peristiwa bocornya pembicaraan chat mereka dan kebocoran data-data lain seperti daftar tunggu dan permintaan pertemanan, serta informasi-informasi yang berpotensi berbahaya lain. Akibat bug ini, Facebook sempat menon-aktifkan fitur chat-nya.

Menurut New York Times, perubahan kebijakan privasi Facebook memiliki motif ekonomi. Salah satunya adalah Facebook mencari uang dengan melakukan kustomisasi target iklan berdasarkan data-data yang muncul pada laman Facebook seseorang.

sumber : http://berita-lampung.blogspot.com/2010/05/inilah-tiga-kebohongan-facebook-yang.html

POPULAR

Museum Tsunami Aceh Persiapkan Inovasi berbasis Teknologi Digital

MUSEUM Tsunami Aceh terus lakukan inovasi untuk menjadi destinasi edukasi kebencanaan yang lebih modern dan menarik. Dengan mengusung konsep digitalisasi, museum akan memberikan pengalaman baru yang lebih interaktif dan imersif bagi para pengunjung. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Almuniza Kamal, menjelaskan bahwa empat ruang utama di museum akan ditata ulang secara signifikan. Ruang-ruang tersebut meliputi lorong tsunami, memorium hall, lobi lantai dua, dan ruang pameran tetap. "Kami ingin menghadirkan pengalaman yang lebih mendalam dan menyentuh bagi pengunjung. Lorong tsunami akan dilengkapi dengan visual 3D pada lantai dan dinding, menciptakan sensasi seolah berada di tengah gelombang tsunami," ujar Almuniza, Rabu, 17 September 2025. Sementara itu, memorium hall yang ikonik akan diperbaharui dengan serangkaian LED berbentuk persegi panjang, menggantikan layar yang sudah ada. Tujuannya adalah untuk menampilkan konten-konten sejarah dan edukasi secara lebih d...

1,8 Juta Penderita Kanker Mati Akibat Merokok

Kebiasaan merokok adalah salah satu faktor utama penyebab kanker paru. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), 40 persen dari 12 juta orang di dunia didiagnosa terserang kanker setiap tahun. WHO memperkirakan, 84 juta orang meninggal akibat kanker dalam rentang 2005-2015. Ada 1,8 juta angka kematian aki­bat kanker yang disebabkan kebiasaan merokok. Sebesar 60 persen dari keseluruhan angka kematian akibat kebiasaan me­rokok dijumpai di negara-negara berkembang dan terbelakang. Bagaimana rokok dapat me­nimbulkan kanker? Kebiasaan merokok bisa memicu kanker paru, kanker paru, tenggorokan, rongga mulut dan pharynx.

Top Ten Facebook Alternatives That Keep Up Your Privacy

With the rise to top spot in social networking world, Facebook's taking advantage of its monopoly. The social networking ace is eager on controlling online identity of its members and reconfiguring the world’s privacy norms. Lately Facebook has been accused of taking advantage of users privacy. In such a situation you must be looking for Facebook Alternatives. If you are looking for alternatives, you have many but those that upkeep your privacy and offer similar features and apps as Facebook are numbered. We made an effort to queue up the 10 Facebook alternatives that doesn't compromise your privacy. 1. Friendster It is already quite popular in Asia but has also grown in popularity in the United States. The network offers quite a few features to customize your profile, offering quite a few features to customize. This is the ultimate point of a social network through. You can stay updated on people's shared information  Friendster’s privacy is stricter than what we find w...