Langsung ke konten utama

Gula Dapat di Ubah Jadi Bahan Peledak

Selain memiliki sejumlah kader militan, banyak juga yang berkeahlian khusus. Misalnya mengubah gula jadi bahan peledak hingga hanya dengan pandangan mata, penghitungan jumlah bahan peledak dan dampak ledakan, bisa diprediksi.

Sugiarto sendiri ditangkap dalam sebuah penggerebekan di Palembang pada November 2008. Saat ditangkap, polisi juga mengamankan 20 rangkaian bom yang selesai dirakitnya. Yang membuat miris adalah kemampuannya. Belajar dari seorang ustad di Ambon pada 2006, kemampuan Sugi -panggilan Sugiarto- dalam merakit bom, mengutip seorang anggota polisi, “semudah dia membuat mi instan”.

Padahal, dalam level JI, kemampuan Sugi masih terbilang dasar. Dalam JI, ada sejumlah nama dengan kemampuan yang jauh di atasnya. Di antaranya, Ali Imron, Ali Fauzi, Mubarak, Dr Azhari, Dulmatin, dan Umar Patek. Kabarnya, nama-nama di atas bisa mengubah gula menjadi sebuah bahan peledak dengan daya ledak cukup besar.

“Hanya satu langkah di bawah TNT daya ledaknya,” kata seorang mantan anggota JI senior kepada Jawa Pos. Nama-nama di atas memang mendapatkan pelatihan langsung dari kamp pelatihan Mujahidin Afghanistan. Namun, yang paling istimewa adalah Azhari.

Hanya dengan melihat saja, Azhari langsung bisa menghitung bahan yang diperlukan sekaligus berapa berat bahan-bahan yang dibutuhkan untuk meruntuhkan sebuah gedung, misalnya. Sementara itu, yang lainnya masih membutuhkan kalkulator.

Beruntung, Azhari telah tewas. Namun, sejumlah nama lainnya masih hidup. Beruntung pula, nama-nama legendaris tersebut kini mempunyai penafsiran mengenai ayat-ayat perang dan ayat-ayat damai yang relatif berbeda dengan yang terdahulu.

Hanya, orang yang mempunyai kemampuan membuat bom, baik yang expert maupun yang masih baru seperti Sugi, masih banyak. “Ini tak lepas dari adanya konflik di Poso maupun Ambon. Di situ banyak orang yang mendapatkan pelatihan. Saya tak bisa membayangkan bila ada konflik seperti di Poso lagi,” kata Ali Fauzi. Alumnus kamp Hudaibiyah, adik Ali Ghufron dan Amrozi, itu memang mempunyai pandangan berbeda soal jihad dengan kakaknya.

Ali Fauzi mengakui, selain “melahirkan” banyak kader militan baru, konflik-konflik tersebut memunculkan peredaran gelap senjata dan bahan peledak. Dulu, kata Ali Fauzi, selain membuat sendiri dengan cara mencampurkan bahan-bahan kimia (yang relatif gampang diperoleh), faksi garis keras JI mendapatkan TNT dari pasar gelap.

Berawal dari sisa-sisa peledakan tambang atau keperluan penggalian, TNT itu kemudian dijual secara gelap oleh para pekerjanya kepada nelayan-nelayan di kawasan Bau-Bau dan Maluku. Harganya cukup murah, yakni Rp 40 ribu per kilogram. Biasanya, kelompok-kelompok tersebut membeli 50 kg tiap sekali beli. Karena itu, pemerintah harus menjaga sekuat tenaga agar tidak terjadi lagi konflik seperti di Poso dan Ambon.

Sejarah generasi baru para teroris tersebut tak bisa dilepaskan dari kehadiran JI. Bermula ketika sejumlah peserta kamp pelatihan Mujahidin di Afghanistan ditawari memilih. Mau ikut bergabung dengan Ustadz Abdullah Sungkar atau Ustadz Masduki. Sama-sama NII (Negara Islam Indonesia), keduanya berselisih pendapat. Abdullah Sungkar lebih sreg bila perkumpulannya tersebut berbentuk organisasi, sementara Masduki condong tetap ke bentuk negara.

Sebagian jemaah tersebut kemudian memilih bergabung dengan Ustadz Abdullah Sungkar dan kemudian mendirikan Jamaah Islamiyah. Bermoto “Iqomatu Khilafah Ala Nahji Nubuwah (Mendirikan khilafah yang sesuai dengan sunnah Rasul)”, kelompok ini bergerak secara rahasia. “Kami dulunya memang tandzim sirriyyah,” kata Nasir Abbas, salah seorang mantan anggota JI yang kemudian tak sreg dengan garis perjuangan faksi keras di JI.[]

sumber : Pos Metro / asaborneo.blogspot.com/2010/03/pengakuan-mantan-teroris-gula-dapat.html 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

57% Use Social Network Sites

The power of online social networking was demonstrated by the tens of thousands who gathered in Shanghai at the weekend to pay their respects to the people who died in last Monday's blaze. The event at Jiaozhou Road was launched on microblogs and information spread rapidly on the Internet , especially on social networking sites such as Kaixin001.com. According to a survey by Shanghai Daily and Touchmedia, of 110,000 people traveling in taxis in Shanghai, Beijing, Guangzhou and Shenzhen , 57 percent of interviewees use social networking sites or microblogs for more than half an hour a day, and 18 percent for more than three hours. Microblogging is the most popular form. Almost 60 percent of the interviewees said they publish information on microblogs, communicating with friends, following celebrities, expressing their opinions, sharing jokes and conducting online marketing, said the survey.

Upcoming Facebook Redesign Surface

Macam-macam Penyakit Dunia yang Dikenal oleh Masyarakat Aceh

Penyakit donya (dunia) dalam pengetahuan orang Melayu seperti di Aceh adalah penyakit yang disebabkan oleh hal-hal supranatural atau adikodrati, atau tersebab manusia yang bersekutu dengan jin, setan, atau makhuk halus yang jahat. Aceh adalah salah satu suku terbesar di Propinsi Aceh. Kebesaran suku Aceh tidak hanya tampak dari kesenian dan kepahlawanan masyarakatnya, tetapi juga pengetahuan mereka terhadap penyakit dan penyembuhannya. Bagi mereka, sakit adalah hal serius yang harus disikapi. Karena itu, mereka mengabadikannya dalam sebuah pengetahuan tentang klasifikasi penyakit dan penyembuhannya (Meuraxa, Dado 1956; Rusdi Sufi dkk, 2006; Rusdi Sufi dkk, 2004).