Langsung ke konten utama

Pengikut Mukmin Mubaligh Beriman pada Ahmad Musadeq

Para pengikut aliran Mukmin Mubaligh mengaku percaya atau beriman pada Ahmad Musadeq, pemimpin aliran Al-qiyadah Al Islami yang juga mengaku rasul setelah Muhammad. Para pengikut aliran tersebut juga menolak untuk dicap sebagai golongan sesat hanya karena perbedaan keyakinan dengan mayoritas muslim di Aceh.

”Kami tidak mau dicap sesat hanya karena berbeda keyakinan soal memaknai Al Quran dan nabi terakhir. Kami percaya bahwa Nabi Muhammad bukanlah nabi terakhir diturunkan ke permukaan bumi, karena Ahmad Musadeq (nabi baru menurut mereka) datang setelah dia,” kata salah seorang pengikut Mukmin Mubaligh yang juga mahasiswa FKIP Unsyiah berinisial RA yang ditemui Harian Aceh, Jumat (11/3).

Menurutnya, dalam kepercayaan aliran Mukmin Mubaligh terdapat sejumlah kelebihan dibandingkan dengan Islam mayoritas. Hal ini dikarenakan aliran tersebut datang setelah Islam untuk menyempurnakannya. “Ini sama dengan kondisi awal-awal kedatangan agama Islam di Mekkah yang datang untuk menyempurnakan ajaran Nabi Isa,” sebut RA.

Hal yang paling mendasar antara Islam dengan Mukmin Mubaligh, lanjut dia, adalah pemahaman tentang kata-kata Khatamul Qur’an. Di mana, Khatamul Qur’an dianggap oleh orang Islam adalah kesempurnaan agama Islam serta tidak ada lagi nabi yang diutuskan setelah Muhammad. “Padahal, dalam pemahaman Mukmin Mubaligh, tidaklah demikian. Khatamul qur’an ditujukan untuk penyebaran Islam pada saat itu, tetapi tidak kondisi Islam saat ini. Karena Allah berjanji akan menurunkan nabi atau rasul untuk tiap umat pada masa yang berbeda-beda,” kata RA.

”Kami tidak percaya dengan hadist, dikarenakan masa pembukuan hadist dengan masa meninggalnya Nabi Muhammad terdapat tempo waktu yang panjang,” kata pengikut Mukmin Mubaligh lainnya.

Riskan, mahasiswa Unsyiah yang mengaku sempat mengikuti kajian aliran Mukmin Mubaligh, mengatakan kajian untuk pengikut aliran itu dilakukan di tempat yang cenderung berpindah-pindah. Mayoritas kajian tersebut, kata dia, dilaksanakan di cafe-cafe seputaran Banda Aceh. Sedangkan untuk pengucapan sumpah pengikut dilakukan di salah satu ruko di wilayah Lampulo. ”Beberapa kali pertemuan di Cafe PT Ulee Kareng. Semua pengikut dihadirkan, kemudian salah satu di antaranya memberikan ceramah. Mereka kebanyakan menafsirkan Al Quran secara logika,” tutur dia.

Dekan FKIP Unsyiah Prof Yusuf Azis MPd menyatakan pihaknya belum menentukan sikap terkait pengikut Mukmin Mubaligh di kampus tersebut. Pasalnya, sejumlah mahasiswa yang diduga terlibat mengaku difitnah serta menyangkal keterlibatannya. ”Jadi, memerlukan pantauan yang lebih mendalam. Kita tidak ingin salah dalam bertindak,” katanya.

sumber : http://harian-aceh.com/2011/03/12/pengikut-mukmin-mubaligh-beriman-pada-ahmad-musadeq

Baca Juga:
- MPU Aceh: 13 Kriteria Aliran Sesat
- Banda Aceh Kembali Mendapat "Musibah"

Postingan populer dari blog ini

57% Use Social Network Sites

The power of online social networking was demonstrated by the tens of thousands who gathered in Shanghai at the weekend to pay their respects to the people who died in last Monday's blaze. The event at Jiaozhou Road was launched on microblogs and information spread rapidly on the Internet , especially on social networking sites such as Kaixin001.com. According to a survey by Shanghai Daily and Touchmedia, of 110,000 people traveling in taxis in Shanghai, Beijing, Guangzhou and Shenzhen , 57 percent of interviewees use social networking sites or microblogs for more than half an hour a day, and 18 percent for more than three hours. Microblogging is the most popular form. Almost 60 percent of the interviewees said they publish information on microblogs, communicating with friends, following celebrities, expressing their opinions, sharing jokes and conducting online marketing, said the survey.

Upcoming Facebook Redesign Surface

Macam-macam Penyakit Dunia yang Dikenal oleh Masyarakat Aceh

Penyakit donya (dunia) dalam pengetahuan orang Melayu seperti di Aceh adalah penyakit yang disebabkan oleh hal-hal supranatural atau adikodrati, atau tersebab manusia yang bersekutu dengan jin, setan, atau makhuk halus yang jahat. Aceh adalah salah satu suku terbesar di Propinsi Aceh. Kebesaran suku Aceh tidak hanya tampak dari kesenian dan kepahlawanan masyarakatnya, tetapi juga pengetahuan mereka terhadap penyakit dan penyembuhannya. Bagi mereka, sakit adalah hal serius yang harus disikapi. Karena itu, mereka mengabadikannya dalam sebuah pengetahuan tentang klasifikasi penyakit dan penyembuhannya (Meuraxa, Dado 1956; Rusdi Sufi dkk, 2006; Rusdi Sufi dkk, 2004).