Langsung ke konten utama

Ikut Jamaah Ahmadiyah, Mau Sholat Jadi Ribet

Moschee Wilmersdorf (Berlin)Image via Wikipedia
Satu keluarga Ahmadiyah terdiri dari delapan orang warga Kecamatan Pasirkoja, Kota Bandung, menyatakan kesadarannya untuk kembali memeluk agama Islam. Kedelapan eks jamaah Ahmadiyah itu menyatakan pilihan memeluk agama Islam ini bukan karena sesuatu, tapi karena kesucian dan kebenaran agama Islam.

Winardi, salah satu dari kedelapannya, mengaku sudah 12 tahun menganut ajaran Ahmadiyah. Dia selama itu mengaku merasa ribet alias serba susah ketika akan melaksanakan sholat di masjid.

"(Ahmadiyah) selama ini tidak diakui. Ketika mau shalat atau beribadah lainnya, saya harus melakukan di Masjid Mubarak, tidak boleh di masjid lain,'' katanya. ''Saya ingin seperti yang lain. Kalau mau shalat, bisa di masjid mana saja.''

Winardi pun mengaku memilih Ahmadiyah karena orang tuanya Ahmadiyah. "Ibu bapak saya menganut Ahmadiyah. Keikutsertaan saya di Ahmadiyah juga dilakukan oleh kedua orang tua saya," katanya.
..Ketika mau shalat atau beribadah lainnya, saya harus melakukan di Masjid Mubarak, tidak boleh di masjid lain,'' katanya. ''Saya ingin seperti yang lain. Kalau mau shalat, bisa di masjid mana saja.'.
Dengan kembalinya ke ajaran Islam, Winardi mengaku dirinya kini bisa leluasa menjalankan ibadahnya di masjid manapun. Winardi menuturkan salah satu alasan yang membuat dirinya keluar dari ajaran Ahmadiyah ialah adanya Pergub Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelarangan Aktivitas Ahmadiyah oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. "Salah satunya Pergub itu," kata Winardi yang sudah 12 tahun menganut ajaran Ahmadiyah.

Prosesi tobat delapan pengikut Ahmadiyah ini berlangsung di Masjid Al Ukhuwah di Jalan Wastukencana, Kota Bandung, Senin (21/3). Acara disaksikan oleh Wali Kota Bandung Dada Rosada, Sekda Kota Bandung Edy Siswadi dan Ketua DPRD Kota Bandung Erwan Setiawan.

"Kami menyatakan dengan sesungguhnya dan seikhlasnya bahwa sejak hari ini dengan kesadaran sendiri tanpa dipaksa orang lain, kami berpindah dari keyakinan kami semula dan masuk ke agama Islam dan keikhlasan saya membaca dua kalimat syahadat," ucap delapan orang itu mengikuti kata-kata yang diucapkan Kepala Kantor Agama Kota Bandung H Diding.

Kedelapan orang jamaah Ahmadiyah yang kembali memeluk Islam tersebut ialah Winardi (46), Sumarni (42), Rusmana (41), Ade (35), Elis (29), Uyi (78) dan tiga orang anak kecil.

sumber:  http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/03/21/13860/ikut-jamaah-ahmadiyah-mau-sholat-jadi-ribet/
Enhanced by Zemanta

Postingan populer dari blog ini

57% Use Social Network Sites

The power of online social networking was demonstrated by the tens of thousands who gathered in Shanghai at the weekend to pay their respects to the people who died in last Monday's blaze. The event at Jiaozhou Road was launched on microblogs and information spread rapidly on the Internet , especially on social networking sites such as Kaixin001.com. According to a survey by Shanghai Daily and Touchmedia, of 110,000 people traveling in taxis in Shanghai, Beijing, Guangzhou and Shenzhen , 57 percent of interviewees use social networking sites or microblogs for more than half an hour a day, and 18 percent for more than three hours. Microblogging is the most popular form. Almost 60 percent of the interviewees said they publish information on microblogs, communicating with friends, following celebrities, expressing their opinions, sharing jokes and conducting online marketing, said the survey.

Upcoming Facebook Redesign Surface

Macam-macam Penyakit Dunia yang Dikenal oleh Masyarakat Aceh

Penyakit donya (dunia) dalam pengetahuan orang Melayu seperti di Aceh adalah penyakit yang disebabkan oleh hal-hal supranatural atau adikodrati, atau tersebab manusia yang bersekutu dengan jin, setan, atau makhuk halus yang jahat. Aceh adalah salah satu suku terbesar di Propinsi Aceh. Kebesaran suku Aceh tidak hanya tampak dari kesenian dan kepahlawanan masyarakatnya, tetapi juga pengetahuan mereka terhadap penyakit dan penyembuhannya. Bagi mereka, sakit adalah hal serius yang harus disikapi. Karena itu, mereka mengabadikannya dalam sebuah pengetahuan tentang klasifikasi penyakit dan penyembuhannya (Meuraxa, Dado 1956; Rusdi Sufi dkk, 2006; Rusdi Sufi dkk, 2004).