Langsung ke konten utama

Postingan

Julie Shie, Perempuan Kelahiran Aceh dengan Puluhan Perusahaan

Tak ada kata lain yang paling pas untuk menggambarkan Julie Shie selain tangguh. Perempuan yang belum genap 30 tahun ini mulai berbisnis di usia delapan tahun. Kini, Julie memiliki 14 perusahaan dengan omzet miliaran rupiah per tahun. Memulai usaha sendiri tidak perlu menunggu usia matang dan modal segudang. Julie Shie membuktikan hal itu. Dengan ketekunan dan tekad kuat, perempuan kelahiran Aceh, 29 tahun silam ini, kini sukses menjadi salah pengusaha multinasional. Saat ini perempuan bernama asli Yulianty, kelahiran 8 Februari 1982, ini memiliki sekitar 14 perusahaan di bawah payung Worldwide Group. Sebagian besar bergerak di jasa transportasi, logistik, dan properti. Tahun lalu, total omzet bisnis Julie mencapai US$ 12 juta. Lahir dari keluarga biasa dan secara ekonomi tidak berkekurangan, sejak kecil, Julie dididik selalu menghargai uang. Di sebuah kota kecil di Aceh, ayahnya adalah juragan angkot yang juga memiliki bisnis cuci pakaian (laundry). Meski berada, ayahnya tak p...

Menyulap Ladang Ganja Aceh dan Mandailing Natal bak Doi Tung

Chang Rai Doi Tung merupakan kawasan percontohan United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC) karena sukses memutus mata rantai peredaran Papaver Somniferum atau opium dunia. Diharapkan, dari kawasan percontohan tersebut dapat diadopsi di dua wilayah yang selama ini menjadi ladang ganja di Indonesia, Aceh dan Mandailing Natal (Madina). “Proyek ini proyek panjang, tidak semudah membalik telapak tangan, asal ada kemauan keras dan keyakinan pasti bisa terlaksana,” ujar Direktur Pengejaran dan Penindakan BNN, Brigjen Benny Joshua Mamoto. Pernyataan tersebut disampaikan Benny saat memberikan pengarahan di hadapan pimpinan daerah di Chang Rai, Thailand, Kamis (16/2/2012), usai melakukan studi lapangan mengenai Development Project yang ada di Doi Tung. Hadir dalam studi lapangan tersebut, Konsultan Ahli BNN Komjen Pol (Pur) AMB Ahwil Lutan, Direktur Narkoba Polda Aceh Kombes Dedy Setyo Yudho, Kapolres Madina AKBP Ahmad Fauzi, Wabup Madina Dahlan Hasan Nasution, Kepala BNN Kabupaten M...

Kenapa Ngeblog bisa Eksis?

Membayangkan kata eksis, seperti di bawa ke atas awan terus naik lumba-lumba dan melihat status kita dibanjiri begitu banyak komentar dari teman atau juga follower fans , eh!. Kini lahirnya berbagai jejaring sosial tentu menjadi lahan basah bagi orang untuk tampil eksis, ditambah lagi adanya situs video sekelas YouTube bikin tambah-tambah eksis tentunya. Namun jangan salah, dibalik keeksisan itu tersimpan beragam kesan. Misalnya saja bagi blogger pada umumnya, eksis itu buka karena suka memposting foto layaknya di Facebook, melainkan lewat berbagai tulisan yang tulisnya dengan gaya dan cara tersendiri.

Hikayat: Nafas Sastra Aceh dari Zaman ke Zaman

Apa itu sastra Aceh? Karya sastra yang mana saja yang layak disebut sebagai karya sastra Aceh? Apakah hanya karya-karya sastra yang berbahasa Aceh saja? Apa saja ciri dan bentuknya? Dan bagaimana perkembangannya dari zaman ke zaman? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini yang ingin saya bahas secara sepintas. Ketika berbicara tentang sastra Aceh, orang pasti akan langsung teringat akan Hamzah Fanshuri dengan Syair Perahu yang sufi atau Hikayat Prang Sabil-nya Tgk Chik Pante Kulu yang mampu membakar semangat rakyat Aceh untuk mempertahankan tanah kelahirannya dari penjajahan Belanda. Padahal sastra Aceh tidak hanya itu. Ada banyak karya sastra yang bertebaran di Aceh. Baik itu dalam bahasa Aceh ataupun dalam bahasa-bahasa lain yang ada di Aceh .(Ada sekitar sepuluh bahasa dan suku bangsa di Aceh. Aceh adalah suku terbesar yang mendiami wilayah pesisir. Selain itu ada suku Gayo, Aneuk Jamee, Tamiang, Kluet dan seterusnya). Bahasa Aceh adalah bahasa yang paling banyak pengguna...

Sejarah: Syeikh Abbas Kuta Karang Ahli Astrologi Aceh

Orang pertama memperkenalkan karya ulama besar dari Aceh ini merupakan Syeikh Ismail bin Abdul Muthallib al-Asyi. Karya yang dimaksud itu berjudul Sirajuz Zhalam fi Ma'rifatis Sa'di wan Nahasi fis Syuhuri wal Aiyam, yang dicetak pada bagian pertama grup Tajul Muluk. Kemudian ditemukan karyanya yang berjudul Qunu 'liman Ta'aththuf yang masih dalam bentuk manuskrip, beberapa buah tersimpan di Museum Islam Pusat Islam Kuala Lumpur, juga di Pusat Manuskrip Melayu Perpustakaan Negara Malaysia dan koleksi penulis sendiri. Karena itu, penulis mulai melacak secara serius dan mengumpulkan data mengenai ulama besar Aceh tersebut. Secara tidak disengaja, dua kertas kerja yang dibentangkan dalam Bengkel Sejarah Bahasa Melayu Dari Berbagai Kota (anjuran Bagian Penelitian Bahasa (DBP) dan Institut Bahasa, Kesusasteraan dan Kebudayaan Melayu (UKM 1992), ada sedikit informasi tentang ini. Dalam kertas kerja yang dibentangkan oleh Tuanku Abdul Jalil yaitu seorang Sekre...

Sejarah: Aceh Sebelum Kesultanan Aceh

Oleh Andi Nur Aminah Situs purba di beberapa kawasan sekitar Aceh Besar, menunjukkan pernah ada permukiman cukup ramai sebelum Kesultanan Aceh berdiri. Pertengahan abad ke-15, Kesultanan Aceh Darussalam di proklamirkan pendiriannya di bawah kepemimpinan Sultan Ali Mughayat Syah (1496). Kesultanan ini berdiri menjelang keruntuhan kerajaan Isam pertama di Indonesia, Samudera Pasai (1360). Jejak kemegahan Kesultanan Aceh masih bisa ditemui hingga saat ini. Aceh mencapai masa kegemilangannya saat dipimpin oleh Sultan Iskanda Muda. Kala itu, Aceh berhasil memukul mundur kekuasaan Portugis di Selat Malaka. Kesultanan Aceh pun mampu memperluas kekuasa annya hingga ke pesisir Pulau Sumatra hingga Jawa dan menyeberang hingga ke Semananjung Melayu. Penang, Perak, Selangor, Johor, dan Pahang di Malaysia pernah menjadi bagian Kesultanan Aceh saat dipimpin Sultan Iskandar Muda. Aceh pun melakukan hubungan diplomatik dengan semua bangsa yang melayari Lautan Hindia.

Cut Nyak Dhien: De leidster van Het Verzet (Pemimpin Perlawanan)

Aceh merupakan daerah yang banyak melahirkan pahlawan perempuan yang gigih tidak kenal kompromi melawan kaum imperialis. Cut Nyak Dien merupakan salah satu dari perempuan berhati baja yang di usianya yang lanjut masih mencabut rencong dan berusaha melawan pasukan Belanda sebelum ia akhirnya ditangkap. Perjuangan dan pengorbanan yang tidak mengenal lelah didorong karena kecintaan pada bangsanya menjadi contoh dan teladan bagi generasi berikutnya. Atas perjuangan dan pengorbanannya yang begitu besar kepada negara, Cut Nyak Dien dinobatkan menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Penobatan tersebut dikuatkan dengan SK Presiden RI No.106 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964. Di Sumedang tak banyak orang tahu perempuan ini. Tua renta dan bermata rabun. Pakaiannya lusuh, dan hanya itu saja yang melekat di tubuhnya. Sebuah tasbih tak lepas dari tangannya, juga sebuah periuk nasi dari tanah liat. Dia datang ke Sumedang bersama dua pengikutnya sebagai tahanan politik Belanda, yang ingin mengasingkan...