Pengertian sederhana dari wakil rakyat atau yang disebut saat ini calon legislatif (caleg) adalah orang yang mencalonkan diri menjadi anggota legislatif, atau calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Banyak kita temukan dimana-mana (online/offilne), baik itu dalam debat, diskusi, status sosial media hingga pada lomba-lomba menulis dan blog, hampir rata-rata dituntut dengan skenario bertemakan "Jika Saya Menjadi Presiden" atau pun "Jika Anda Terpilih Jadi Wakil Rakyat" serta yang mirip-mirip seperti itu sudah sangat-sangat lazim kita temukan.
Lalu, kalau saja yang jika-jika tadi itu di atas tercapai tentu semua telah diuraikan, akan ini dan itu serta bla bla yang terkadang tak lebih hanya janji manismulut harimau demi kepentingan rakyat, suara yang tertindas, hak-hak perempuan yang tak tertolong, dan segala macam peukateun lainnya.
Namun apa yang terjadi sebaliknya, sedikit keluar dari mainstream yang ada biasanya. Contohnya saja untuk caleg DPR RI 2014 khusus Aceh yang tersedia di Senayan hanya ada 13 kursi, sedangkan caleg yang muncul di Aceh (dua dapil) saat ini mencapai ratusan orang, belum lagi tingkat DPR Provinsi, DPR Kabupaten/Kota. Kebayang kan persaingannya, semacam bersaing di ajang-ajang instan pencarian bakat, idol, atau ajang kecantikan lainnya, untung saja caleg tidak pakai vote lewat SMS.
Soal dukungan lewat, soal uang yang keluar untuk mengkampanyekan diri juga lewat, mulai dari hitungan satu hingga tiga digit jutaan atau pun hitungan 1 digit milyaran bisa dipastikan sudah keluar atau masih terhutang pada sejumlah toko-toko percetakan, pembuat kaos, dan lainnya (ekonomi rakyat tergadaikan).
Mencari Jawaban
Kembali lagi, jika tidak terpilih nanti. Apakah caleg gagal ini siap menjadi wakil rakyat yang sebenarnya (jika Anda caleg dan membaca tulisan ini, saya mengharapkan jawaban Anda di kolom komentar, silahkan katakan dengan jujur, caleg mana pun Anda dengan mencantumkan nama Asli/Dapil).
Wakil rakyat sebenarnya terdiri dari 2 kata, wakil berarti orang yang dikuasakan menggantikan orang lain dan rakyat berarti penduduk suatu negara atau orang kebanyakan. Bila disimpulkan wakil rakyat adalah orang-orang yang mewakili dari orang banyak.
Kursi dewan hanya salah satunya, pernah tidak terbayangkan jika misi dan misi Anda sebagai caleg saat ini apakah sudah pernah mewakili suara orang-orang kampung (penduduk terkecil dalam sebuah tatanan masyarakat) atau jangan-jangan orang kampung sendiri tidak mengenal Anda, bahkan Anda belum berbuat apa-apa untuk anak-anak yatim, anak-anak yang tidak bisa sekolah, para janda yang masih kesusahan hidupnya, wanita-wanita yang belum terpedayakan secara ekonomi, dan masih banyak lainnya.
Sudah Jujurkah Kita?
Kalau saja jawaban Anda yang jujur nantinya dalam hati memang belum bisa apa-apa lebih baik jangan terlalu berharap banyak, jangan sampai Anda melewati masa-masa untuk bersumpah demi Tuhan. Lebih baik kini, Anda merenungkan (dan beraksi), betapa banyak uang (sendiri/ngutang/pinjam) yang telah Anda gadaikan demi sebuah kursi terlepas dari sekian banyak dan muluknya janji-janji (pesanan Partai), coba saja uang 1 juta Anda salurkan ke anak yatim, membayar biaya sekolah mereka yang kesusahan, sungguh Anda telah menjadi salah satu wakil rakyat yang sebenarnya, tidak perlu dihujat orang dengan tampang senyum merona saat alat peraga Anda diturunkan oleh orang-orang sekelas Satpol PP atau lainnya.
Siapkah kita saat ini untuk jujur pada diri sendiri? Buat para caleg memang butuh banyak kesiapan, selain siap menang dan kalah, tapi juga siap stres hingga gila. Semoga saja siap yang terakhir jangan sampai, sayang orang tua yang telah melahirkan Anda, karena mereka mengharapkan kita semua menjadi orang yang berguna untuk bangsa.[]
Mari berkomentar, jika Anda bukan caleg juga boleh ikut mengisi atau berpendapat dalam tulisan ini. Khusus untuk caleg seperti yang telah dijelaskan di atas, menanti jawaban Anda untuk dibaca oleh rakyat semua.
Banyak kita temukan dimana-mana (online/offilne), baik itu dalam debat, diskusi, status sosial media hingga pada lomba-lomba menulis dan blog, hampir rata-rata dituntut dengan skenario bertemakan "Jika Saya Menjadi Presiden" atau pun "Jika Anda Terpilih Jadi Wakil Rakyat" serta yang mirip-mirip seperti itu sudah sangat-sangat lazim kita temukan.
Lalu, kalau saja yang jika-jika tadi itu di atas tercapai tentu semua telah diuraikan, akan ini dan itu serta bla bla yang terkadang tak lebih hanya janji manis
Namun apa yang terjadi sebaliknya, sedikit keluar dari mainstream yang ada biasanya. Contohnya saja untuk caleg DPR RI 2014 khusus Aceh yang tersedia di Senayan hanya ada 13 kursi, sedangkan caleg yang muncul di Aceh (dua dapil) saat ini mencapai ratusan orang, belum lagi tingkat DPR Provinsi, DPR Kabupaten/Kota. Kebayang kan persaingannya, semacam bersaing di ajang-ajang instan pencarian bakat, idol, atau ajang kecantikan lainnya, untung saja caleg tidak pakai vote lewat SMS.
Soal dukungan lewat, soal uang yang keluar untuk mengkampanyekan diri juga lewat, mulai dari hitungan satu hingga tiga digit jutaan atau pun hitungan 1 digit milyaran bisa dipastikan sudah keluar atau masih terhutang pada sejumlah toko-toko percetakan, pembuat kaos, dan lainnya (ekonomi rakyat tergadaikan).
Mencari Jawaban
Kembali lagi, jika tidak terpilih nanti. Apakah caleg gagal ini siap menjadi wakil rakyat yang sebenarnya (jika Anda caleg dan membaca tulisan ini, saya mengharapkan jawaban Anda di kolom komentar, silahkan katakan dengan jujur, caleg mana pun Anda dengan mencantumkan nama Asli/Dapil).
Wakil rakyat sebenarnya terdiri dari 2 kata, wakil berarti orang yang dikuasakan menggantikan orang lain dan rakyat berarti penduduk suatu negara atau orang kebanyakan. Bila disimpulkan wakil rakyat adalah orang-orang yang mewakili dari orang banyak.
Kursi dewan hanya salah satunya, pernah tidak terbayangkan jika misi dan misi Anda sebagai caleg saat ini apakah sudah pernah mewakili suara orang-orang kampung (penduduk terkecil dalam sebuah tatanan masyarakat) atau jangan-jangan orang kampung sendiri tidak mengenal Anda, bahkan Anda belum berbuat apa-apa untuk anak-anak yatim, anak-anak yang tidak bisa sekolah, para janda yang masih kesusahan hidupnya, wanita-wanita yang belum terpedayakan secara ekonomi, dan masih banyak lainnya.
Sudah Jujurkah Kita?
Kalau saja jawaban Anda yang jujur nantinya dalam hati memang belum bisa apa-apa lebih baik jangan terlalu berharap banyak, jangan sampai Anda melewati masa-masa untuk bersumpah demi Tuhan. Lebih baik kini, Anda merenungkan (dan beraksi), betapa banyak uang (sendiri/ngutang/pinjam) yang telah Anda gadaikan demi sebuah kursi terlepas dari sekian banyak dan muluknya janji-janji (pesanan Partai), coba saja uang 1 juta Anda salurkan ke anak yatim, membayar biaya sekolah mereka yang kesusahan, sungguh Anda telah menjadi salah satu wakil rakyat yang sebenarnya, tidak perlu dihujat orang dengan tampang senyum merona saat alat peraga Anda diturunkan oleh orang-orang sekelas Satpol PP atau lainnya.
Siapkah kita saat ini untuk jujur pada diri sendiri? Buat para caleg memang butuh banyak kesiapan, selain siap menang dan kalah, tapi juga siap stres hingga gila. Semoga saja siap yang terakhir jangan sampai, sayang orang tua yang telah melahirkan Anda, karena mereka mengharapkan kita semua menjadi orang yang berguna untuk bangsa.[]
Mari berkomentar, jika Anda bukan caleg juga boleh ikut mengisi atau berpendapat dalam tulisan ini. Khusus untuk caleg seperti yang telah dijelaskan di atas, menanti jawaban Anda untuk dibaca oleh rakyat semua.
Komentar