Langsung ke konten utama

SDM Daerah Aceh Utara dan Lhokseumawe Semakin Diabaikan

Ada kabar yang kembali berhembus soal putra-putri daerah tak mendapatkan perhatian lebih di tanahnya sendiri. Kali ini terkait soal rekrutmen tenaga kerja yang terjadi di Lhoksukon, Aceh Utara.

Kamis, 12 Februari 2014 lalu salah satu mahasiswa Universitas Malikussaleh, Juliadi menyebutkan, perubahan kilang Gas Alam Cair (Liquified Natural Gas/NGL) menjadi terminal gas terapung (Floating Storage Ragastification Unit/FSRU) telah dilakukan dan ditargetkan selesai akhir tahun 2014 ini, namun soal proyek tender dan perekrutan tenaga kerja juga akan diperlukan sekitar 4.000 orang.

"Ada beberapa perusahaan terbesar di Indonesia yang sudah memenangkan tender proyek terminal gas yang berkapasitas 3 juta ton per tahun di PT ARUN, berbagai sumber menggungkapkan sekitar 4000 tenaga kerja nantinya akan direkrut, belum termasuk untuk tenaga kerja terminal penyimpanan gas yang mencapai 4.000 orang," kata Juliadi.

Juliadi juga menyebutkan, beberapa perusahaan yang kini telah menjadi pemenang tender yang ditetapkan oleh Pertamina untuk pengadaan dan kontruksi tersebut, diantaranya PT Rekayasa Industri sebagai kontraktor EPC untuk proyek senilai US$ 80 juta (kegiatan EPC telah dimulai sejak Maret dan diperkirakan akan tuntas pada September 2014) dan juga PT Citra Panji Manunggal (PT CPM), yakni pemenang tender pemasangan proyek pipa transmisi gas sepanjang 340 kilometer dari kilang Gas PT ARUN, Lhokseumawe-Belawan Medan (perusaan ini berkantor di Cunda Kota Lhokseumawe, di targetkan rampung 2014).

Tenaga Kerja 

Kedua perusahaan yang telah memenangkan tender ini sudah mulai merekrut tenaga kerja lokal, dengan memprioritaskan pada putra/putri Aceh, khususnya daerah Aceh Utara-Lhokseumawe.

"Tapi ironisnya saat ini, kedua perusahaan tersebut lebih banyak menggunakan tenaga kerja non Aceh padahal angka penganguran di Aceh Utara, khususnya pada Agustus 2013 tingkat penganguran mencapai 17,97 persen atau 42,431 orang dan anggka tersebut merupakan peringkat pertama Kabupaten pengangguran di Aceh, selain itu angka kemiskinan mencapain 21,34 persen dari jumlah penduduk Aceh Utara, 591.444 jiwa, Sumber BPS Aceh Utara (06/11/2013)," jelas Juliadi.

PT. Rekayasa Industri juga membentuk Forum Tenaga Kerja (FORNAKER) untuk beberapa desa binaan diantaranya: Desa Meuria Paloh, Paloh Dayah, Paloh Punti, Cot Trieng, Padang Sakti, Loskala, Blang Pulo, Batuphat Timur, Batuphat Barat, Ujongg Pacu, Ujong Blang, Blang Naleung Mameh dan disetujui oleh Muspika setempat.

"Kehadiran FORNAKER belum bisa menjadi tempat menaruh harapan masyarakat Aceh Utara- Lhokseumawe, pasalnya PT Rekayasa Industri tidak memberikan mandat sepenuhnya kepada FORNAKER," sebut mahasiswa FISIP Unimal tersebut.

Lain hal PT Citra Panji Manunggal (PT CPM), telah menutup Rekrutmen tenaga kerja, sesuai dengan Pengumuman yang di tempelkan di Kantor Cunda Lhokseumawe.

"Padahal putra/putri Aceh Utara dan Lhokseumawe sangat banyak Sumber Daya Manusia (SDM) ataupun tenaga skill yang dapat di andalkan oleh kedua perusahaan tersebut, persoalannya saat ini hanya beberapa orang saja yang bekerja sebagai buruh kasar, seharusnya kehadiran perusahaan tersebut bisa mengurangi angka pengangguran di Aceh Utara-Lhokseumawe, tapi yang masyarakat rasakan saat ini hanyalah penonton setia," terang Juliadi yang juga tergabung di Forum Interaksi Mahasiswa (FIMA) Paya Bakong.

FIMA Paya Bakong juga mengharapan persoalan yang terjadi di Aceh Utara dan Lhokseumawe ini, tidak sampai timbul kecemburuan sosial terhadap tenaga kerja luar Aceh.

"Rekrutmen tenaga kerja untuk bisa lebih mengedepankan tenaga kerja yang berdomisili Aceh Utara dan Lhokseumawe agar tidak menimbulkan persoaalan ditengah-tengah masyarakat. Selain itu, PT Rekayasa Industri, PT Citra Panji Manunggal (PT CPM), harus transparan dalam rekrutmen tenaga kerja khususnya di Aceh dan memprioritaskan tenaga lokal," harap FIMA.[]

Komentar

POPULAR

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...