Langsung ke konten utama

Assange's mother says 'massive forces' against him

Picture of Julian Assange during a talk at 26C3Image via Wikipedia
Christine Assange, who lives in Queensland, dismissed the rape charges against her 39-year-old son, for which he remains remanded in custody in Britain and facing extradition to Sweden, saying: "Julian would not rape".

But she told Australia's Seven Network that she was concerned about what will happen to her son, founder of the WikiLeaks website which has begun releasing more than 250, 000 sensitive US diplomatic cables.

Julian Assange denies the sexual assault charges.

"Julian, rape, straight out of my guts -- no way. Julian would not rape," Christine Assange said.

She added: "It's a worry, of course. I am no different from any other mother. Every time the news goes on I am glued to it...

"These massive forces have decided they are going to stop him and they are not going to play by the rules."



As protests were held around Australia on Friday in support of Assange, his mother said she was angry at the government in Canberra, which has accused her son of committing an illegal act in relation to the leaked documents.

The Australian government has also said it would fully support any law enforcement moves by the United States against Assange over the cables' release.

"Hang on a minute, this is one of your citizens here," Christine Assange said. "You shouldn't be leading the charge.

"He is brave. A lot of people would not be able to withstand the pressure he is under."

She said her son, whose site has already released thousands of US military papers related to the wars in Iraq and Afghanistan, was "very heartened" by the global response to his plight.

But she also told his supporters: "Don't take your freedoms for granted or else you will lose them.

"They were hard fought for, people lost their lives over and over and over again, and if we don't protect them we will lose them and next time it could be your son or your daughter."

source: http://www.timeslive.co.za/world/article809121.ece/Assanges-mother-says-massive-forces-against-him
Enhanced by Zemanta

POPULAR

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...

Menteri Ketenagakerjaan RI Kunjungi Museum Tsunami Aceh: Dorong Edukasi dan Mitigasi Bencana

KEPALA UPTD Museum Tsunami Aceh, M. Syahputra Azwar, bersama jajaran, menerima kunjungan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Prof. Yassierli, beserta rombongan di Museum Tsunami Aceh pada Rabu, 24 September 2025. Dalam kunjungan tersebut, rombongan Menaker diajak berkeliling museum dan dipandu oleh edukator untuk menyaksikan langsung suasana serta berbagai aktivitas edukatif yang berlangsung di dalamnya. Museum Tsunami Aceh, yang diresmikan pada 2009, tidak hanya berfungsi sebagai monumen pengingat dahsyatnya bencana tsunami 2004, tetapi juga telah berkembang menjadi pusat edukasi, penelitian, sekaligus destinasi wisata unggulan di Aceh. Pada kesempatan itu, Menteri Yassierli menegaskan bahwa tragedi tsunami Aceh merupakan pelajaran berharga bagi seluruh bangsa dalam meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. “Kita doakan para korban mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya,” ujarnya. Sebagai seorang akademisi dan guru besar, Menaker Yassierli menekankan pentingnya...

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...