Berbicara soal hadist tentu bukan perkara mudah jika sudah masuk dalam ranah pemahaman, mengkaji, hingga dengan mengetahui sanad sampai dengan hal-hal yang detail itu tidak mudah semua orang mampu mengerti secara utuh.
Baru-baru ini, tayangan disalah satu stasiun televisi dengan program Tafsir al-Mishbah yang diasuh oleh M. Quraish Shihab pada tanggal 12 Juli 2014 hingga kini menjadi pembicaraan yang begitu serius disejumlah jejaring sosial, sampai-sampai pada tingkat kata-kata 'sadis' juga menjalar begitu saja.
Sampai pada puncaknya, sebuah tulisan klarifikasi juga muncul dalam laman resmi quraishshihab.com.
Dari hasil bacaan saya secara orang awam, tulisan klarifikasi tersebut ternyata membutuhkan referensi lebih untuk memahami potongan lengkap dari hadist tersebut alias saya sendiri tidak mau menyalahkan si pulan atau pun si pulen.
Program atau pun tayangan yang berbatas dengan durasi memang tidak begitu mampu mendapat kepuasaan jika kita ingin memahami hal yang detail akan sesuatu maksud atau tujuan, beda halnya dengan kita ikut kajian atau beuet di ateuh balee dayah/pesantren seperti tradisi orang-orang di Aceh.
Memahami Hadist Lewat Kesederhanaan Bahasa
Hasil cari mencari referensi, bagaimana potongan hadist Nabi Muhammad saw masuk surga akhirnya saya menemukanlah tulisan sedikit lebih gamblang saat memahaminya. Berikut cuplikannya, yang dikutip dari www.alhamidiyah.com diambil dari buku "Umat Bertanya Ulama Menjawab" tulisan dari KH. Drs. Ahmad Dimyathi Badruzzaman, dosen Fakultas Dakwah STIDA Al-Hamidiyah.
Pertanyaan:
Saya pernah mendengar seorang khatib dalam khotbah Jum'at berkata bahwa seseorang bisa masuk surga karena rahmat Allah. Namun ada pula para mubalig yang berkata bahwa seseorang bisa masuk surga karena amal ibadahnya. Mohon penjelasan, bagaimanakah sebenarnya?
-
Jawaban:
Mengenai masalah ini, terjadi Ikhtilaf (perbedaan pendapat) di kalangan ulama disebabkan adanya dua dalil, yaitu Al-Qur'an dan Hadis yang secara sepintas kelihatannya bertentangan.
Menurut zhahir nash Al-Qur'an, bahwa seseorang masuk surga karena amal ibadahnya. Hal ini dapat kita temukan pada beberapa ayat dalam Al-Qur'an, antara lain:
Dalam kitab Shahih Muslim terdapat hadis yang menyebutkan:
Dari jabir, ia berkata: saya pernah mendengar Nabi Saw. bersabda: "Amal saleh seseotang diantara kamu tidak dapat memasukkannya ke dalam surga dan tidak dapat menjauhkannya dari azab api neraka dan tidak pula aku, kecuali dengan rahmat Allah." (Riwayat Muslim; kitab Shahih Muslim, Juz II, halaman 528)
Dalam riwayat lain bunyinya begini:
Dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah Saw. telah bersabda: "Amal saleh seseorang diantara kamu sekali-kali tidak dapat memasukkannya ke dalam surga." Mereka (para sahabat) bertanya, "Hai Rasulullah, tidak pula engkau?" Rasulullah menjawab, "Tidak pula aku kecuali bila Allah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepadaku." (Riwayat Muslim; kitab Shahih Muslim, Juz II, halaman 528)
Mengenai hadis yang menyatakan bahwa seseorang masuk surga bukan karena amalnya, tetapi rahmat Allah dan karuia-Nya, kemi telah menemukan dalam kitab Shahih Muslim, lebih dari empat buah hadis banyaknya.
Sebenarnya bila dalil-dalil Al-Qur'an dan Hadis-hadis Nabi tersebut dianalisis agak mendalam, tidaklah terdapat pertentangan (ta'arudh), melainkan dapat kita kompromikan.
Untuk lebih jelasnya perhatikan komentar dua tokoh ulama. Yang satu terkenal sebagai pakar dalam bidang tafsir, sedangkan yang kedua terkenal pakar dalam bidang Fikih dan Hadis, yaitu:
Begitu pula tidak tepat kalau ada seorang mubalig dalam pidatonya berkata bahwa seseorang masuk surga karena amal ibadahnya semata sebab menyalahi bunyi nash Hadis-hadis Nabi Saw. yang sahih.
Yang benar ialah seseorang masuk surga berkat amal ibadahnya dan dengan adanya rahmat Allah serta karunia-Nya; ia diberi taufik untuk beramal dan diberi hidayah agar ia ikhlas dalam beramal.
Demikianlah kutipan tersebut, alhamdulillah tercerahkan lewat kesederhanaan bahasa dalam penjelasan di atas. Bagaimana menurut Anda?
Baru-baru ini, tayangan disalah satu stasiun televisi dengan program Tafsir al-Mishbah yang diasuh oleh M. Quraish Shihab pada tanggal 12 Juli 2014 hingga kini menjadi pembicaraan yang begitu serius disejumlah jejaring sosial, sampai-sampai pada tingkat kata-kata 'sadis' juga menjalar begitu saja.
Sampai pada puncaknya, sebuah tulisan klarifikasi juga muncul dalam laman resmi quraishshihab.com.
Dari hasil bacaan saya secara orang awam, tulisan klarifikasi tersebut ternyata membutuhkan referensi lebih untuk memahami potongan lengkap dari hadist tersebut alias saya sendiri tidak mau menyalahkan si pulan atau pun si pulen.
Program atau pun tayangan yang berbatas dengan durasi memang tidak begitu mampu mendapat kepuasaan jika kita ingin memahami hal yang detail akan sesuatu maksud atau tujuan, beda halnya dengan kita ikut kajian atau beuet di ateuh balee dayah/pesantren seperti tradisi orang-orang di Aceh.
Memahami Hadist Lewat Kesederhanaan Bahasa
Hasil cari mencari referensi, bagaimana potongan hadist Nabi Muhammad saw masuk surga akhirnya saya menemukanlah tulisan sedikit lebih gamblang saat memahaminya. Berikut cuplikannya, yang dikutip dari www.alhamidiyah.com diambil dari buku "Umat Bertanya Ulama Menjawab" tulisan dari KH. Drs. Ahmad Dimyathi Badruzzaman, dosen Fakultas Dakwah STIDA Al-Hamidiyah.
Pertanyaan:
Saya pernah mendengar seorang khatib dalam khotbah Jum'at berkata bahwa seseorang bisa masuk surga karena rahmat Allah. Namun ada pula para mubalig yang berkata bahwa seseorang bisa masuk surga karena amal ibadahnya. Mohon penjelasan, bagaimanakah sebenarnya?
-
Jawaban:
Mengenai masalah ini, terjadi Ikhtilaf (perbedaan pendapat) di kalangan ulama disebabkan adanya dua dalil, yaitu Al-Qur'an dan Hadis yang secara sepintas kelihatannya bertentangan.
Menurut zhahir nash Al-Qur'an, bahwa seseorang masuk surga karena amal ibadahnya. Hal ini dapat kita temukan pada beberapa ayat dalam Al-Qur'an, antara lain:
Masuklah kamu ke dalam surga disebabkan apa yang telah kamu kerjakan." (QS An-Nahl:32)
Itulah surga yang diwariskan kepadamu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan." (QS Al-A'raaf:43)Menurut zhahir nash Hadis Nabi Saw., bahwa amal ibadah itu tidak dapat memasukkan seseorang ke dalam surga, bahkan tidak pula menjauhkan seseorang dari azab api neraka, melainkan karena rahmat Allah semata.
Dalam kitab Shahih Muslim terdapat hadis yang menyebutkan:
Dari jabir, ia berkata: saya pernah mendengar Nabi Saw. bersabda: "Amal saleh seseotang diantara kamu tidak dapat memasukkannya ke dalam surga dan tidak dapat menjauhkannya dari azab api neraka dan tidak pula aku, kecuali dengan rahmat Allah." (Riwayat Muslim; kitab Shahih Muslim, Juz II, halaman 528)
Dalam riwayat lain bunyinya begini:
Dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah Saw. telah bersabda: "Amal saleh seseorang diantara kamu sekali-kali tidak dapat memasukkannya ke dalam surga." Mereka (para sahabat) bertanya, "Hai Rasulullah, tidak pula engkau?" Rasulullah menjawab, "Tidak pula aku kecuali bila Allah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepadaku." (Riwayat Muslim; kitab Shahih Muslim, Juz II, halaman 528)
Mengenai hadis yang menyatakan bahwa seseorang masuk surga bukan karena amalnya, tetapi rahmat Allah dan karuia-Nya, kemi telah menemukan dalam kitab Shahih Muslim, lebih dari empat buah hadis banyaknya.
Sebenarnya bila dalil-dalil Al-Qur'an dan Hadis-hadis Nabi tersebut dianalisis agak mendalam, tidaklah terdapat pertentangan (ta'arudh), melainkan dapat kita kompromikan.
Untuk lebih jelasnya perhatikan komentar dua tokoh ulama. Yang satu terkenal sebagai pakar dalam bidang tafsir, sedangkan yang kedua terkenal pakar dalam bidang Fikih dan Hadis, yaitu:
- Imam Ahmad Ash-Shawi Al-Maliki, dalam kitab tafsirnya Ash-Shawi; ketika mengompromikan kedua dalil tersebut, beliau berkata: Jika engkau berkata, telah terdapat keterangan dalam sebuah hadis bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: "Seseorang sekali-kali tidak masuk surga dengan sebab amalnya." Rasulullah ditanya, "Dan tidak pula engkau, hai Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Dan aku pun tidak, kecuali Allah melimpahkan rahmat-Nya." Lalu Imam Ash-Shawi menjawab, "Bahwasanya amal yang tersebut dalam ayat Al-Qur'an itu ialah amal yang disertai dengan fadhal (karunia Allah), sedangkan amal yang dimaksud dalam hadis Nabi itu ialah amal yang tidak disertai karunia Allah."(Tafsir Shawi II:75)
- Imam Muhyiddin An-Nawawi dalam kitabnya Syarah Shahih Muslim; ketika mengompromikan kedua dalik tersebut diatas beliau menjelaskan: Dan dalam kenyataan hadis-hadis ini ada petunjuk bagi ahli haq, bahwasanya seseorang tidak berhak mendapat pahala dan surga karena amal ibadahnya. Adapun firman Allah Ta'ala: "Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan," dan "Itulah surga yang diwariskan kepadamu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan," dan seumpama keduanya dari beberapa ayat Al-Qur'an yang menunjukkan bahwasanya amal ibadah itu dapat memasukkan ke dalam surga, maka firman Allah itu tidak bertentangan dengan beberapa hadis ini. Akan tetapi, ayat-ayat itu berarti bahwasanya masuknya seseorang ke dalam surga karena amal ibadahnya, kemudian mendapat taufik untuk melakukan amal ibadah itu dan mendapat hidayah untuk ikhlas dalam ibadah sehingga diterima di sisi Allah, adalah berkat rahmat Allah dan karunia-Nya. (Kitab Syarah Shahih Muslim, juz XVII, halaman 160-161)
Begitu pula tidak tepat kalau ada seorang mubalig dalam pidatonya berkata bahwa seseorang masuk surga karena amal ibadahnya semata sebab menyalahi bunyi nash Hadis-hadis Nabi Saw. yang sahih.
Yang benar ialah seseorang masuk surga berkat amal ibadahnya dan dengan adanya rahmat Allah serta karunia-Nya; ia diberi taufik untuk beramal dan diberi hidayah agar ia ikhlas dalam beramal.
Demikianlah kutipan tersebut, alhamdulillah tercerahkan lewat kesederhanaan bahasa dalam penjelasan di atas. Bagaimana menurut Anda?
Komentar