Langsung ke konten utama

Bank Indonesia Paparkan Pilar Utama Bank Sentral di Kampus Paya Lipah


Dalam dalam rangka meningkatkan literasi keuangan syariah dan penguatan tri dharma perguruan tinggi, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam (FSEI) Institut Agama Islam (IAI) Almuslim Aceh terus mengali potensi dengan menghadirkan seminar bulanan kepada civitas akademika. 

“Kehadiran seminar bulanan ini untuk mengeksplorasi perkembangan serta potensi keuangan syariah yang ada di Aceh untuk melihat peluang bagi civitas akademika,” kata Dekan FSEI Malik Adharsyah Lc MA, Senin, 6 November 2023. 

Pada kesempatan kali ini, sebut Malik, FSEI IAI Almuslim Aceh mengundang narasumber dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) dengan mengangkat tema “Perkembangan dan Potensi Keuangan Syariah di Daerah dari Perspektif Bank Sentral”. 

Dalam seminar tersebut turut hadir pembicara Andre Rizky selaku Kepala Unit Pelaksanaan Pengembangan UMKM dan Keuangan Inklusif dan Syariah KPwBI Lhokseumawe. Dalam paparannya, Andre menyebutkan bahwa fungsi bank sentral berada pada tiga hal, yakni terkait moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran. 

Terkait ekonomi syariah sendiri, Bank Indonesia ikut andil dalam rangka akselerasi terwujud Indonesia sebagai pusat industri halal dunia. 

“Adanya seminar ini tentunya sangat positif bagi kami, sehingga menjadi ruang diskusi terbuka bagi civitas akademika IAI Almuslim Aceh dan juga Bank Indonesia. Kita berharap sharing terkait ekonomi syariah seperti ini bisa terus berlanjut dengan ide dan topik-topik menarik dalam rumpun keilmuan yang ada di kampus,” ujar Andre. 

Andre juga menambahkan, selain tiga hal di atas, pilar utama bank sentral juga ikut mendukung dalam penguatan ekosistem halal, keuangan syariah serta penerapan halal lifestyle. 

“Keberadaan kampus IAI Almuslim Aceh yang juga masuk dalam wilayah kerja kami di Bireuen, kedepan kita harapkan juga dapat berperan dan aktif dengan melibatkan mahasiswa dan juga dosen sebagai pusat pendampingan halal dan ekonomi syariah,” kata Andre. 

Wakil Rektor I Bidang Akademik Edi Mizwar MPd menyebutkan, kegiatan seminar rutin FSEI diharapkan terus bergulir dan juga berterima kasih kepada pihak KPwBI Lhokseumawe yang telah ikut andil dalam kegiatan tersebut. 

“Saya mewakili dari Rektorat mengucapkan terima kasih kepada pihak KPwBI Lhokseumawe yang telah bersedia hadir ke kampus kami ini, dan semoga ilmu yang telah diberikan menjadi ilmu yang berguna bagi civitas akademika serta menjadi bahan masukan bagi FSEI kedepan untuk melakukan tri dharma perguruan tinggi,” tutupnya. 

Kegiatan seminar bulanan ini diikuti oleh mahasiswa serta dosen-dosen yang ada di lingkungan kampus Paya Lipah serta Ikhsan Fauzy Audyptansyah selaku Analis Yunior dari KPwBI dan Konsultan UMKM Chalidia.

Komentar

POPULAR

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...