Langsung ke konten utama

Siapa Pemain Besar Dibalik Sindikat Ganja Aceh?

Pemain Dibalik Sindikat Ganja Aceh
"Indonesia masuk kedalam urutan enam, dalam daftar negara produsen ganja terbesar di dunia. Ada sekitar 56,4 ton ganja yang berhasil disita di Indonesia selama 2014, sedangkan ganja yang lolos entah berapa banyak. Sebagian besar ganja di Indonesia berasal dari Aceh. Dari bumi Serambi Mekkah, ganja menyebar ke berbagai provinsi termasuk Jakarta."

Itulah sepenggal kalimat dari pembuka salah satu acara bertajuk "Target Operasi" di Metro TV, Senin (9/2/2015) yang mengangkat soal perburuan sindikat ganja Aceh.

Menariknya, dalam tayangan berdurasi sekitar 30 menit tersebut, sejumlah fakta-fakta baru diluar dugaan terangkat ke permukaan, seperti kebutuhan ganja untuk pencandu dalam setiap tahun mencapai 400 ton, dan juga siapa pemain besar dibalik perdagangan ganja yang sudah mendunia tersebut.

Dalam setiap kabar media, berita ganja pasti sudah bisa dipastikan identik dengan daerah Aceh, kejadian di Medan, Jakarta, dan kota-kota besar lainnya selalu akan tersebut pemasok dari Aceh.

Ladang ganja di Aceh
Siapa yang tidak tergiur dengan uang triliunan dari ganja, sayangnya petani ganja dan kurir di Aceh selalu menjadi buronan polisi, namun tidak sebaliknya dengan pemain besar yang kaya raya, mengalahkan rekening gendut polisi.

Karena faktanya, ganja yang dibawa keluar Aceh oleh kurir (supir truk) yang dijaga ketat oleh tim khusus hanya dibayar murah oleh si pemain besar. Pemain besar ini masih terus menjadi misteri hingga kini, setiap transaksi ganja selalu ada modus dalam penyeludupan, baik darat maupun laut.

Seringnya kita hanya mengetahui penangkapan satu dan dua orang pemain, jelas mereka bukan aktor besar dalang dibalik itu semua. Bisa dibilang yang sering masuk koran hanya sebagian ring 3 dan ring 2.

Menjemur ganja Aceh
Soal harga ganja juga bervariasi, ganja yang dibeli langsung dari ladang dengan luas berhektar-hektar terkadang bernilai Rp150.000-Rp200.000 per kilogram, sementara di tingkat pengepul (agen) harganya per kilogram pun naik menjadi Rp200.000-Rp300.000.

Sementara ganja Aceh yang sudah masuk ke kota besar seperti Medan, harganya pun naik signifikan menjadi 2 juta hingga 3 juta dan jika sudah sampai ke Jakarta harganya mencapai 4 juta per kilogram, fantastis bukan?

Singkat cerita, beberapa nama juga disebut dalam aksi penyeludupan ganja ini, yakni orang-orang yang mengontrol jalur pendistribusian ganja hingga sampai pada tujuan dan beberapa dari mereka juga sudah diamankan oleh pihak BNN.

Nama Zakir, disebut-sebut sebagai dalang dibalik sindikat ganja terbesar di Aceh. Keberadaan Zakir ini sangat susah dilacak oleh polisi --kini masuk dalam DPO-- karena sering berpindah-pindah tempat, selain itu jaringan dari Zakir ini juga menggunakan sistem cell.

Aparat dan Ganja

Pelaku-pelaku sindikat ini biasanya akan aman bermain jika dibelakangnya ada backing. Hal ini terungkap seperti yang ditutur oleh Kapolda Sumatera Utara, Irjen Pol Eko Hadi Sutedjo.

"Narkotika itu pelaku-pelakunya, mereka akan merasa aman kalau didalamnya ada backing," sebutnya.

Siapa pemain besar dibalik sindikat ganja Aceh? Hingga kini masih misteri, faktor ekonomi dan iming-iming dari pemain kecil hingga besar selain pengaruh supply and demand juga masih menjadi tugas besar penegak hukum.

Aceh memang terkenal dengan ganja, yakni semenjak abad ke 19. Ganja di Aceh bermula dari dataran tinggi Gayo yang hingga kini tersebar disetiap penjuru hutan lebat. (Baca Sejarah Ganja di Aceh)

Komentar

POPULAR

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...