Langsung ke konten utama

Pagelaran Budaya, Festival Sabang Fair 2014

Pagelaran Budaya, Festival Sabang Fair 2014
Sebuah kegiatan yang mengambil tema "Semangat dalam Kebersamaan" dalam perhelatan Festival Sabang Fair (FSF) 2014 telah dimulai sejak Rabu (18/6/2014) lalu, tepatnya di arena taman Sabang Fair, Kota Sabang.

Pulau paling ujung Sumatera ini, menjadi ikon tersendiri bagi Aceh ditengah-tengah promosi wisata yang begitu giat-giatnya dipromosikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, sejak menyatakan diri dalam program tahun kunjungan (Visit Aceh Year) 2013 silam.

Singkat cerita, FSF yang masih berlangsung hingga 24 Juni mendatang menjadi sebuah momen paling baik bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Sabang, sebagai wujud mengembangkan potensi kreatif dalam mengelola berbagai sumber destinasi wisatanya, mulai dari keindahan bahari, alam, serta pesona seni dan budaya yang dimiliki dengan antusiasme masyarakat yang saling mendukung dengan tema yang dihadirkan pada tahun ini.

Diakui, pagelaran budaya semisal FSF ini kian membuat beberapa daerah (kabupaten/kota) di Aceh semakin punya gairah untuk menstimulus pihak-pihak terkait dalam mengemas sebuah kegiatan agar bisa semenarik mungkin, bukan sekedar menghibur warganya melainkan juga mengembangkan potensi yang ada untuk bernilai jual lebih pada pelancong atau wisatawan serta sektor ekonomi masyarakat setempat.

festival sabang fair

FSF yang digelar dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-49 Kota Sabang tahun ini, menurut pengunjung yang hadir memberikan sebuah warna baru, seperti adanya perlombaan seni budaya tari, cagok (lawak), musik etnik, dan teater rakyat, kian menarik perhatian warga tuan rumah.

Kesenian Aceh, tari Rabbani Wahed di FSF (@SabangFairFest)

"Ini beda dari tahun-tahun sebelumnya, ulang tahun Sabang kali ini lebih berisi dengan sejumlah kegiatan dan lomba yang bisa kita lihat setiap hari," sebut salah satu warga setempat yang hadir di arena Sabang Fair.

Wisatawan mancanegara yang berkunjung dan berliburan ke Sabang juga begitu antusias melihat keramaian yang ada di FSF, tidak heran bila setiap anjungan yang ada mereka kunjungi karena rasa penasaran.

Graham dan Jane dari Inggris misalnya, tiba-tiba saja hadir di depan panggung utama FSF begitu menarik perhatiannya untuk mengabadikan gambar lewat kamera poketnya saat menyaksikan berbagai penampilan tari kreasi yang sedang diperlombakan.

Interaktif Berbagi

Promosi FSF tahun ini terbilang interaktif, hal ini terlihat dari sejumlah minat orang-orang luar yang belum kesampaian untuk ke Sabang, malah ingin berkunjung karena melihat keseruan dengan berbagai agenda acara.

Media sosial telah berperan positif dalam mengambarkannya kepada publik luar, video-video singkat dari Instagram, Twitter, Facebook, bahkan hingga situs FSF kurang lebihnya telah menjadi atmosfer tersendiri bagi mereka yang belum kesampaian ke lokasi acara.

Wisatawan yang berkunjung ke FSF (@SabangFairFest)

Membawakan suasana yang ada di lapangan ke dunia daring itu tidak mudah, namun jika mampu dikemas dengan baik tentu akan memberikan dampak lebih.

Kita sadar, kesempurnaan dari sebuah kegiatan atau acara itu pasti tidak ada yang bisa menjamin 100 persen. Setidaknya FSF ini menjadi bekal, awal yang baik untuk bisa terus memberikan yang terbaik ke depan.

Semoga saja FSF menjadi bagian inspirasi bagi daerah-daerah lain di Aceh untuk membangun citra positif pariwisata serta ekonomi kreatif, terlebih dalam memaknai sebuah seremonial khususnya memperingati hari jadi atau HUT daerah kota/kabupaten di Aceh lainnya.[]

pawai budaya Festival Sabang Fair 2014

Komentar

POPULAR

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...