Langsung ke konten utama

Review: "Saya Takut Hidup di Jakarta" Sebuah Fenomena Kekinian Ibu Kota

Judulnya itu "Saya Takut Hidup di Jakarta!", thread alias artikel yang ditempatkan dalam sebuah grup atau forum Kaskus baru-baru ini cukup membuat kita sedikit lebih terbuka melihat kekinian kondisi ibu kota, Jakarta.

Tidak saja pengalaman dan kisah buruk warga Jakarta, dalam artikel tersebut juga menyematkan sebuah polling yang berbunyi "Poll: Apakah agan nyaman dan aman tinggal di kota Jakarta sekarang ini?". Secara tidak langsung tulisan tersebut dikhususkan bagi warga Jakarta, namun tidak menutup kemungkinan diskusi yang berlangsung hingga 245 halaman, hingga Sabtu (1/3/2014), betul-betul menyita perhatian masyarakat Indonesia secara umum.

4.600 lebih tanda suka alias like membuat artikel ini tersebar luas di laman pengguna Facebook, komentarnya pun beragam. Walaupun demikian, jika dilihat tulisan yang diprakarsai oleh Thread Starter (TS) mafiahitam tersebut telah menjadi realita kerasnya kehidupan Jakarta saat ini.

Hasil dari polling yang dilakukan oleh TS pun menjawab hal yang mirip dengan sebagian jawaban pada umumnya, 54% (4208 dari 7785 pemilih) setuju dengan jawaban "Kurang begitu nyaman gan, kondisinya udah gak kaya dulu lagi."

Hanya 4% (274 pemilih) yang menyebutkan, "Nyaman banget donk gan, pastinya.. Jakarta Kota Tercinta." Selain dari itu jawaban "50 - 50, biasa-biasa aja ane mah gan" sebanyak 16% (1214 pemilih) dan ada yang "Abstain gan.. bingung mau pilih apa" sebesar 6% (438 pemilih).

Inilah sekedar review dari fenomena ibu kota, bersyukurlah bagi Anda yang masih bisa menikmati hidup dengan tenang dan wajar. Walaun pun tidak bisa dipungkiri, masalah dalam kehidupan dengan warga atau masyarakat sekitar tetap saja akan muncul namun tidak seketir yang terjadi di Jakarta atau kota-kota besar lainnya, yang kini juga mulai merebak ke Bandung.

Perubahan yang paling sukar untuk diubah adalah perilaku manusia dan budaya masyarakat. Seperti mengutip kata-kata bijak, bahwa hidup itu mirip dengan jenjang sekolah. Ada pelajaran sulitnya, ada pelajaran menyenangkannya. Ada guru baru/berbeda di tiap kelasnya. Ada tes dan ujiannya. Serta tentu saja ada perubahan materi pelajaran tiap semesternya.

Bila kita menginginkan sesuatu yang lain dari yang sebenarnya terjadi di sekeliling kita, maka cara termudah adalah memulai atau menciptakan perubahan dalam diri kita sendiri terlebih dahulu. Lha, mereka yang tidak bisa atau mau berubah dibawa kemana, mau diungsikan ke planet luar angkasa bisa lebih berat ceritanya atau nikmati saja yang ada. Selamat berakhir pekan.[]


Komentar

POPULAR

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...