Sudah menjadi hal yang menggiurkan disaatkan sebuah bisnis itu bisa menghasilkan sesuatu yang cepat dan mudah. Klik, klik, dan klik, mungkin semudah itulah yang sering membuat orang memilih atau berbisnis online di internet.
Tapi jauh sebelumnya itu, sesuatu yang instan juga penuh resiko dan bahaya. Penipuan, scam, phising, dan sejenisnya yang tentu merugikan orang lain pun menjadi incaran yang kini masih tetap menjamur di dunia maya.
Dalam kasus ini, ketika mulai berjelajah dan bertemu salah satu situs bisnis dengan genre "survei" yang mengajak orang-orang untuk berbagi survei tersebut dan secara singkat semakin banyak diisi orang, tentu semakin banyak uang yang dijanjikan oleh si empunya situs untuk dicairkan ke bank target (calon pengguna/member situs tersebut, red).
Usut dan usut, situs "survei" tersebut memang heboh dan santar sekali pada tahun lalu. Sampai sekarang situs itu pun masih ada dan saya pun melakukan tahap registrasi untuk memulai pengecekan secara umum. Dan member pun akhirnya dihadapkan pada lembaran form dengan UUD (ujung-ujung duit) sebagai uang pendaftaran. Pendaftaran pun berakhir disitu, tahap selanjutnya mengulik tampilan situs, mencari orang dibalik situs, dan yang tidak boleh ketinggalan membaca review dari calon korban :D
Akhirnya situs bisnis survei tersebut pun mulai menjurus, hal ini pula yang mempertimbangkan bahwa kejelasan situs menjadi modal utama orang/pengguna untuk menaruh kepercayaan (trust) berbisnis.
Siapa dibalik layar situs tersebut pun ternyata diproteksi, tidak mencantumkan about us, hanya dengan bermodalkan kolom tanya-jawab plus testimonial yang manis dan wah untuk memikat calon pengguna lainnya.
Tidak adanya forum alias support bagi pengguna dan pengelola situs untuk berinteraksi, tidak ada penjelasan tentang syarat dan ketentuan hukum yang berada di negara dimana situs tersebut beroperasi, dan pastinya kita tahu siapa pemilik atau founder situs tersebut. Lalu betulkah itu ciri-ciri dari situs bisnis scam? Jawabannya 80 persen mendekati scam alias penipuan.
Kemana 20 persennya lagi? Nah yang 20 persen inilah yang digunakan oleh si pemilik situs untuk menggaet pengguna lain. Maksudnya disini adalah si pemilik situs scam sudah memainkan perana uang dari calon pengguna/korban, setelah dikalkulasi dengan mantap dan matang. Pengguna (bisa jadi pengguna ini adalah orang lingkar 1 dari pemilik situs) yang terpilih akhirnya diberikan uang sesuai dengan apa yang dijanjikan karena situs ini bergerak dibisnis online. Sehingga testimonial pun hadir plus dengan tambahan review dari berbagai situs bahwa situs itu bukan penipuan. Mungkin inilah yang dikenal dengan loyalty trust dan power of online branding.
Ketika semakin banyak (20 persen) orang yang tadi mendapatkan uang memposting di blog, facebook, dan jejaring sosial lainnya sebagai bukti, membuat situs itu terus bertahan. Lalu pertanyaannya kemana kita melaporkan hal ini? pastinya ke pihak berwajib dong ya.
Hingga saat ini, saya sendiri belum tahu apakah pihak kepolisian telah membuka posko 'layanan' pengaduan untuk meng-review situs-situs bisnis online seperti kejadian di atas. Berhubung di Australia sendiri, situs pelaporan online dari pemerintah sudah ada, semisal www.scamwatch.gov.au.
Akhir kata, bagi Anda pebisnis online tetap waspada ya. Jangan tergoda sama yang instan-instan. Cek dan ricek terlebih dahulu sebelum melangkah jauh. Jadilah pebisnis online yang jujur dengan hasil jerih payah keringat sendiri, jangan takut memulai dari nol (jadi ingat ngisi minyak deh).[]
Tapi jauh sebelumnya itu, sesuatu yang instan juga penuh resiko dan bahaya. Penipuan, scam, phising, dan sejenisnya yang tentu merugikan orang lain pun menjadi incaran yang kini masih tetap menjamur di dunia maya.
Dalam kasus ini, ketika mulai berjelajah dan bertemu salah satu situs bisnis dengan genre "survei" yang mengajak orang-orang untuk berbagi survei tersebut dan secara singkat semakin banyak diisi orang, tentu semakin banyak uang yang dijanjikan oleh si empunya situs untuk dicairkan ke bank target (calon pengguna/member situs tersebut, red).
Usut dan usut, situs "survei" tersebut memang heboh dan santar sekali pada tahun lalu. Sampai sekarang situs itu pun masih ada dan saya pun melakukan tahap registrasi untuk memulai pengecekan secara umum. Dan member pun akhirnya dihadapkan pada lembaran form dengan UUD (ujung-ujung duit) sebagai uang pendaftaran. Pendaftaran pun berakhir disitu, tahap selanjutnya mengulik tampilan situs, mencari orang dibalik situs, dan yang tidak boleh ketinggalan membaca review dari calon korban :D
Akhirnya situs bisnis survei tersebut pun mulai menjurus, hal ini pula yang mempertimbangkan bahwa kejelasan situs menjadi modal utama orang/pengguna untuk menaruh kepercayaan (trust) berbisnis.
Siapa dibalik layar situs tersebut pun ternyata diproteksi, tidak mencantumkan about us, hanya dengan bermodalkan kolom tanya-jawab plus testimonial yang manis dan wah untuk memikat calon pengguna lainnya.
Tidak adanya forum alias support bagi pengguna dan pengelola situs untuk berinteraksi, tidak ada penjelasan tentang syarat dan ketentuan hukum yang berada di negara dimana situs tersebut beroperasi, dan pastinya kita tahu siapa pemilik atau founder situs tersebut. Lalu betulkah itu ciri-ciri dari situs bisnis scam? Jawabannya 80 persen mendekati scam alias penipuan.
Kemana 20 persennya lagi? Nah yang 20 persen inilah yang digunakan oleh si pemilik situs untuk menggaet pengguna lain. Maksudnya disini adalah si pemilik situs scam sudah memainkan perana uang dari calon pengguna/korban, setelah dikalkulasi dengan mantap dan matang. Pengguna (bisa jadi pengguna ini adalah orang lingkar 1 dari pemilik situs) yang terpilih akhirnya diberikan uang sesuai dengan apa yang dijanjikan karena situs ini bergerak dibisnis online. Sehingga testimonial pun hadir plus dengan tambahan review dari berbagai situs bahwa situs itu bukan penipuan. Mungkin inilah yang dikenal dengan loyalty trust dan power of online branding.
Ketika semakin banyak (20 persen) orang yang tadi mendapatkan uang memposting di blog, facebook, dan jejaring sosial lainnya sebagai bukti, membuat situs itu terus bertahan. Lalu pertanyaannya kemana kita melaporkan hal ini? pastinya ke pihak berwajib dong ya.
Hingga saat ini, saya sendiri belum tahu apakah pihak kepolisian telah membuka posko 'layanan' pengaduan untuk meng-review situs-situs bisnis online seperti kejadian di atas. Berhubung di Australia sendiri, situs pelaporan online dari pemerintah sudah ada, semisal www.scamwatch.gov.au.
Akhir kata, bagi Anda pebisnis online tetap waspada ya. Jangan tergoda sama yang instan-instan. Cek dan ricek terlebih dahulu sebelum melangkah jauh. Jadilah pebisnis online yang jujur dengan hasil jerih payah keringat sendiri, jangan takut memulai dari nol (jadi ingat ngisi minyak deh).[]