Langsung ke konten utama

Julie Shie, Perempuan Kelahiran Aceh dengan Puluhan Perusahaan

Tak ada kata lain yang paling pas untuk menggambarkan Julie Shie selain tangguh. Perempuan yang belum genap 30 tahun ini mulai berbisnis di usia delapan tahun. Kini, Julie memiliki 14 perusahaan dengan omzet miliaran rupiah per tahun.

Memulai usaha sendiri tidak perlu menunggu usia matang dan modal segudang. Julie Shie membuktikan hal itu. Dengan ketekunan dan tekad kuat, perempuan kelahiran Aceh, 29 tahun silam ini, kini sukses menjadi salah pengusaha multinasional.

Saat ini perempuan bernama asli Yulianty, kelahiran 8 Februari 1982, ini memiliki sekitar 14 perusahaan di bawah payung Worldwide Group. Sebagian besar bergerak di jasa transportasi, logistik, dan properti. Tahun lalu, total omzet bisnis Julie mencapai US$ 12 juta.

Lahir dari keluarga biasa dan secara ekonomi tidak berkekurangan, sejak kecil, Julie dididik selalu menghargai uang. Di sebuah kota kecil di Aceh, ayahnya adalah juragan angkot yang juga memiliki bisnis cuci pakaian (laundry). Meski berada, ayahnya tak pernah begitu saja memberi Julie uang saku. “Untuk beli permen Rp 50 saja, saya lebih dulu ditanya macam-macam,” kenang Julie.



Alhasil, Julie kecil menjadi biasa untuk mandiri agar bisa mendapatkan yang diinginkan. Di usia enam tahun, ia membantu sang ayah berbisnis demi mendapat uang saku lebih. Setiap hari, kerjanya memilah pakaian dan menandai pakaian milik pelanggan.

Julie juga sering ikut ibunya pergi dari satu kota ke kota lain untuk berbisnis. Lantaran terbiasa berkomunikasi dengan banyak orang, ia tumbuh menjadi anak kecil yang supel dan menyenangkan.

Keasyikannya membantu bisnis orang tua membuat prestasi ketika awal masuk sekolah dasar jadi jeblok. Di semester pertama bersekolah, ia menjadi satu-satunya anak di kelas yang tidak bisa membaca. Begitu rapor dibagikan, ia merasa sangat malu dan bertekad akan berubah. Sejak saat itu, ia belajar sangat giat hingga menjadi juara pertama sejak kelas dua SD hingga bangku SMP.

Meski begitu, sembari sekolah, Julie tetap asyik berbisnis. Di usia delapan tahun, ia sudah berjualan permen dan makanan ringan di sekolah. Modalnya dari uang saku yang disisihkan sedikit demi sedikit. Ia berbelanja barang untuk dijual di toko grosir milik tantenya.

Di usia 14 tahun, Julie sudah bekerja paruh waktu di toko unggas dan toko elektronik. Ketika duduk di kelas 3 SMP, Julie mulai mengajar privat anak TK hingga SMP. Bayarannya lumayan. Dari satu murid, ia bisa dapat Rp 80.000 hingga Rp 120.000. “Kalau dikumpulkan, gaji saya bisa setara dengan pegawai kantoran saat itu,” kata Julie bangga.

Namun, Julie tak mau terus menjadi guru. Ia ingin mencoba hal baru. Selulus SMA, ia memilih bekerja di perusahaan perdagangan mata uang asing. Disana, ia belajar dari nol bagaimana menganalisis secara teknikal dan fundamental pergerakan mata uang yen, dollar AS, dan euro.

Lantaran pasar mata uang dolar aktif di jam 12 malam, Julie terpaksa lembur dan pulang pagi setiap hari. Pekerjaan ini hanya bertahan tiga bulan. Ia lantas bekerja di PT Toba Internesa, perusahaan jasa forwarding. Lantaran prestasinya, ia dipercaya memegang cabang di Pekanbaru dan Padang.

Karena ada masalah internal perusahaan, pada usia 19 tahun, Julie mengundurkan diri dan mendirikan perusahaan forwarding sendiri bernama PT Samudera Indah Berkatindo (SIB). Modal sebesar Rp 30 juta ia pinjam dari ayahnya dan seorang teman. Tak sampai sebulan, bisnis Julie sudah balik modal dan bisa bayar utang.

Maju karena ekspansi

Permintaan yang tinggi membuat Julie kemudian membangun perusahaan forwarding di Singapura bernama Worldwide Shipping Logistic Services Pte Ltd pada tahun 2006. Perusahaan ini menjembatani pedagang karet di Indonesia dengan pembeli di China.

Julie juga membangun Omega Shipping Pte Ltd untuk mengurusi perdagangan komoditas Sino dari Asia ke China. Setahun kemudian, ia membangun Andaman Worldwide Shipping Co Ltd di Thailand.

Di tahun 2010, penyuka masakan Indonesia ini mendirikan Worldwide Property Investment Ltd di Singapura, Indonesia, dan Thailand yang menjadi pemasar proyek properti di beberapa negara. Tahun ini, ia bakal membuka kantor di Shanghai, Jepang, dan Korea.

Hingga saat ini, Ibu dari Jiratchaya Angel Parnitehkul, 18 bulan, ini memiliki aktivitas padat lantaran harus mengurusi 14 perusahaan yang tersebar di tiga negara. “Saya pernah ada di tiga negara dalam satu hari, atau menghadiri 10 meeting dalam sehari,” katanya. Tapi, ia memberi catatan, meeting tidak berada di Indonesia yang jalanan macet.

Saat ini Julie tengah menggarap proyek besar dengan BUMN di China di sektor pertambangan. Ia dipercaya pula menjadi distributor produk water heater Singapura di Indonesia. Perempuan yang bisa 10 bahasa ini juga tengah menjajaki membuat buku khusus anak-anak.

Meski sering tak ada di kantor, Julie tetap bisa memantau bisnisnya. “Semua sudah ada sistem. Saya tinggal kontrol pakai ponsel pintar,” katanya.

sumber http://peluangusaha.kontan.co.id

POPULAR

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...