Langsung ke konten utama

Inilah Cara Memperbaiki Reputasi di Dunia Maya

Michael FertikImage by Luc Van Braekel via Flickr

Banyak kemudahan yang bisa diperoleh dengan begitu banyaknya pengguna jejaring sosial dan internet. Meskipun begitu, timbul kekhawatiran privasi individu tercoreng di dunia maya.
Dalam tulisan di Facebook, Twitter, blog dan situs jejaring sosial lainnya, data seperti pandangan politik, masalah kantor, kualitas kesehatan seseorang dapat dengan mudah bocor di masyarakat.
Banyak ahli privasi khawatir data yang tidak sengaja tersebar di dunia maya itu dapat digunakan untuk tidak kejahatan serta dimanfaatkan perusahaan untuk menganalisis data pegawai. Pihak asuransi juga dikhawatirkan menolak atau menyangkal tanggungan asuransi berdasarkan informasi di jejaring sosial.
“Agregasi online atas data pribadi Anda merupakan panggung kehidupan, sama seperti keberadaan Wikileaks saat ini,” ujar Michael Fertik, CEO Reputation.com, sebelumnya dikenal dengan nama ReputationDefender, perusahaan yang menarik keuntungan dari pihak-pihak yang ingin mengatur citra seseorang berdasarkan informasi di dunia maya.
“Data pribadi bagaikan harta karun yang berkembang ke tingkat tidak terduga. Kebocoran sebagian besar data pribadi Anda dapat berakibat buruk, apalagi jika tidak disadari oleh orang itu sendiri,” kata Fertik lagi. Jika Anda ingin mencoba mengelola privasi, tempat pertama yang pantas untuk ‘didekati’ adalah Google, Bing dan Yahoo.
Jalankan mesin pencari dan masukkan kata kunci berupa nama Anda, alamat, nomor telpon dan data identifikasi lain. Jangan berhenti di halaman pertama hasil pencarian. Biasanya, informasi memalukan muncul pada halaman enam dan seterusnya, kata Andy Beal, salah satu penulis di buku ‘Radically Transparent’, buku yang membahas soal pengawasan dan pengaturan reputasi online. Andy Beal juga termasuk konsultan yang membantu sesorang menghapus data pribadi di media internet.
Selain itu, jangan lupakan situs ‘lampau’ yang mungkin saat ini sudah tidak digunakan lagi misalnya Friendster, Liveconnector, MySpace, Temanster dan lainnya. Tidak hanya situs itu memiliki lebih banyak informasi intim, sistem penyaring juga tidak terlalu ketat.
Ini terkait kewaspadaan pengguna saat mempublikasikan data tersebut tidak terlalu tinggi, dibandingkan sekarang. Contohnya saja, pendiri Wikileaks Julian Assange yang ‘memamerkan’ orientasi seksual di sebuah situs kencan. Sesuatu yang tidak pernah dibayangkan publik sebelumnya.
Selanjutnya, yang pertama kali harus Anda lakukan untuk ‘membersihkan’ citra diri di internet adalah menghapus semua data sensitif di jejaring sosial, Facebook misalnya.
Meskipun tampak ‘kecil’, informasi sensitif seperti tanggal lahir, alamat rumah, nomor telepon dan kegemaran/hobi bisa dimanfaatkan untuk mencuri kata kunci akun keuangan Anda. Semakin sedikit informasi yang dibagi di internet, semakin besar rasa aman seseorang.
Selajutnya, jika Anda merasa teman dekat mempublikasikan informasi tentang Anda yang seharusnya dirahasiakan, Anda bisa menghubungi orang itu untuk segera menghapus. Di Amerika Serikat, ada beberapa perusahaan yang membeli data pribadi seseorang dan menjualnya ke perusahaan lain. Sayangnya, beberapa pengamat menilai cara ini cukup buang-buang waktu.
“Anda mungkin menghabiskan waktu setidaknya 30 hari untuk menghapus informasi yang tidak diinginkan. Tindakan ini juga tidak menjamin informasi buruk tersebut hilang selamanya,” kata Amber Yoo, juru bicara Privacy Rights Clearinghouse. “Ini adalah masalah yang rumit.”
Banyak situs, terutama Google, berada dalam lingkup bisnis yang terkadang menolak untuk menghapus informasi pengguna, khususnya yang bernada jujur. Jika mereka tidak mau menghapus data pengguna, ahli menyarankan agar orang tersebut menciptakan lebih banyak konten tentang dirinya sendiri.
Misalnya, mengaktifkan profil di LinkedIn atau blog pribadi. Inilah cara untuk menyelubungi konten negatif dari layar mesin pencari. Jika cara itu tidak dapat digunakan, Beal menyarankan pengguna untuk menyewa pengacara.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh ComScore pada Juli 2010, Facebook menarik lebih dari 87 juta pengunjung unik di Amerika. Angka tersebut 14% lebih tinggi dibandingkan Juni 2009.
Pada sisi lain Twitter hanya mendapatkan 21 juta pengunjung unik di situsnya atau bertambah 6% dibandingkan bulan sebelumnya. Dengan kata lain Facebook memperoleh 10 juta pengunjung baru pada bulan Juli berbanding terbalik dengan pengunjung Twitter.
Enhanced by Zemanta

POPULAR

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...