Langsung ke konten utama

Dayah "Benteng" Aliran Sesat

Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh's Grand M...Image via Wikipedia
Aliran sesat merupakan pemahaman atas ajaran agama atau tata cara melakukan ibadat yang dianggap menyimpang dari tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, demikian didefinisikan oleh Al-Yasa’ Abu Bakar dalam tulisannya Mengenal Aliran Sesat. Dalam catatan sejarah, kemunculan aliran sesat bukanlah barang, bahkan jauh sebelumnya saat Abu Bakar Siddiq menjabat sebagai khalifah, salah satu persoalan yang muncul saat itu adalah munculnya orang-orang yang mengaku sebagai Nabi. Di Aceh, pada masa Sultan Iskandar Tsani dan Ratu Safiatuddin, pernah bergejolak tentang aliran sesat.

Baru-baru ini Aceh dihebohkan oleh kemunculan aliran sesat, aliran yang mencoba menukar aturan-aturan agama yang telah termaktub dalam seperangkat aturan-aturan hukum Islam. Kehadiran aliran sesat membuat resah setiap lapisan masyarakat, baik kalangan pejabat sampai rakyat biasa. 

Maraknya aliran sesat tentu menjadi tanda tanya besar, sebab kalahirannya di provinsi yang bersyariat. Renspon ditunjukkan menanggapi kemunculan aliran-aliran yang menyesatkan, bahkan media lokal setiap hari selalu menyoroti perkembangan dan renspon kemunculan aliran sesat. Mulai dari kemunculan millah Abraham di Bireuen, kasus Fajar Hidayah, hingga kisah masuknya aliran sesat di komunitas pencetak intelektual yaitu kampus.

Berbagai upaya dilakukan untuk membentengi kemunculan aliran sesat, Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, telah mengeluarkan fatwa tentang kriteria aliran sesat, berdasarkan fatwa tersebut ada 13 kriteria aliran sesat (serambi Indonesia, Sabtu 12 Maret 2011). Berbagai regulasi pun dimunculkan untuk menangkal bertebarannya paham dan aliran yang dipandang menyesatkan dan meresahkan masyarakat, Pemerintah Kota Banda Mengeluarkan Perwali (peraturan walikota) untuk mengantisipasi berkembangnya aliran sesat di Banda Aceh (Serambi Indonesia, Sabtu, 12 Maret 2011).

Kemunculan aliran sesat tentu disebabkan oleh interpretasi yang salah terhadap agama, interpretasi yang salah ini diakibatkan oleh pengetahuan dan pemahaman agama yang masih sangat kurang. Salah satu solusinya adalah dengan menelaah kembali bagaimana pemahaman yang benar terhadap Agama Islam. Institusi pendidikan Agama, semisal pesantren akan menjadi tujuan utama dalam mengkaji pengetahuan Agama, sehingga tidak menimbulkan pemahaman yang sesat.

Salah satu tujuan berdirinya Pondok Pesantren adalah untuk membekali santrinya ilmu-ilmu Agama, sehingga pemahaman mereka terhadap Agama benar dan tidak sesat. Peran ini telah terbukti sejak dulu, bahkan pesantren dapat juga menjadi tempat pembimbing bagi mereka yang taubat dari aliran-aliran sesat. Dalam kasus aliran Millah Abraham di Bireun, para pengikutnya yang disyahadatkan kembali, diantar ke Pesantren, mereka nyantri kembali untuk mendalami ajaran Islam dengan benar, sehingga pemahaman tentang agama tidak lagi salah.
Memahami ajaran agama yang benar dengan belajar di Pesantren merupakan sebuah keniscayaan, untuk menghapus munculnya kesalahan dalam memahami agama, sehingga pesan orang tua dalam hadih maja, sisat lam blang, hanyoet lam teumalang, tidak terjadi dalam kehidupan kita.


sumber : http://mandokapluk.blogspot.com/2011/03/dayah-benteng-aliran-sesat.html
Enhanced by Zemanta

POPULAR

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...