Langsung ke konten utama

Julian Assange's celebrity supporters stake reputations on case

Picture of Julian Assange during a talk at 26C3Image via Wikipedia
The already curious case of Julian Assange took another bizarre twist yesterday when the court learned that a raggle-taggle of "household names" were prepared to stake their reputation in his case, offering sureties to the court with a total value of £180,000.

Despite claiming not to know Assange, the film-maker Ken Loach and the socialite and charity fundraiser Jemima Khan stood before Westminster magistrates and offered big sums towards Assange's bail, though bail was later refused.

Offering £20,000, Loach said he did not know Assange other than by reputation, but added: "I think the work he has done has been a public service. I think we are entitled to know the dealings of those that govern us."


Khan offered a further £20,000, "or more if need be".

In a statement later, she said: "I make no judgment of Julian Assange as an individual as I have never met him. I am offering my support to him as I believe in the universal right to freedom of information and our right to be told the truth."

On her Twitter feed last month, Khan asked if Assange was "the new Jason Bourne", a reference to the fictional action hero created by the thriller writer Robert Ludlum. The post has since been deleted.

The journalist and filmmaker John Pilger, who also offered £20,000, said he knew Assange as a journalist and personal friend and had a "very high regard for him".

The largest donation of £80,000 was offered by an unknown American relation who did not want to be named because of fear for his safety.

Patricia David, a professor, and the top lawyer Geoffrey Sheen each offered up £20,000 surety on grounds that they had spent their lives fighting for human rights.

Outside court Pilger said: "This business in Sweden is a travesty; an innocent man has a right to be free.

"Having his freedom taken away is outrageous. Sweden should be ashamed. This is not justice – this is outrageous."

He added: "Behind this he has made a lot of enemies, the principal one being the warmonger, the United States."

Howard Riddle, the judge at the court in Horseferry Road, London, commended four of the sureties for their willingness to help "out of concern for human rights" and without personal knowledge of Assange.

source: http://www.guardian.co.uk/media/2010/dec/08/julian-assange-celebrity-supporters
Enhanced by Zemanta

POPULAR

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...