Langsung ke konten utama

Vatikan: Hari Pembakaran Al-Quran, Langkah Kurang Ajar

Vatikan menilai rencana Hari Pembakaran Al-Quran adalah sebuah 'langkah mengerikan dan kurang ajar'. Vatikan mendesak gereja kecil di Florida membatalkan pembakaran Al-Quran untuk memperingati tragedi 11 September 2001.

Lembaga di Vatikan yang bertanggung jawab untuk masalah dialog dengan agama lain mengungkapkan 'kekhawatiran besar' terhadap rencana gereja kecil bernama Dove World Outreach Center di Gainesville, Florida, membakar kitab suci umat Islam.

Meski dikecam, Pendeta Terry Jones mengatakan dirinya tidak berniat membatalkan rencana pembakaran Al-Quran. Menurut Jones, pembakaran Al-Quran merupakan pesan bagi kelompok radikal Islam.


"Masyarakat umum harus menuding kelompok Islam radikal dan mengatakan kepada mereka untuk diam, meminta mereka untuk berhenti, dan memberitahukan kepada mereka bahwa kami tidak akan tunduk terhadap mereka," ujar Jones dalam acara CNN, AC360. "Kami akan membakar kitab suci itu. Kami tidak membunuh orang."

Jones mengumumkan pada Rabu bahwa provider situs gereja telah membatalkan akun Dove World Outreach Center. Namun, situs tersebut dan alamat lainnya berdasarkan buku Jones bertajuk 'Islam is of the Devil', masih bisa diakses pada Rabu malam.

"Kami merasa ini merupakan serangan tidak langsung terhadap kebebasan berpendapat," ujar Jones. Ia menuding provider situs gereja, Rackspace, sebagai penyebabnya.

Juru bicara Rackspace Dan Goodgame mengatakan perusahaan membatalkan akun Dove World Outreach Center setelah menyelidikii keluhan dan menilai situs tersebut. Menurut Goodgame, situs tersebut 'melanggar syarat tidak menyebarkan kebencian'.

"Itu bukan masalah konstitusi. Ini masalah kontrak," ujar Goodgame.

sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/amerika/2010/09/09/brk,20100909-277453,id.html

POPULAR

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...