Langsung ke konten utama

Indonesia 'Surga' Bagi Pengembang Aplikasi Mobile

Tingginya penetrasi kepemilikan ponsel di Indonesia membuat negeri ini menjadi tempat potensial bagi para pengembang aplikasi untuk memasarkan produknya.

Indonesia, hingga akhir tahun 2009 lalu, diketahui berada pada peringkat enam dunia sebagai negara dengan jumlah pengguna ponsel terbanyak, sekira 150 juta pengguna.

"Indonesia menjadi hotspot area bagi pengembang," ujar Andy Zain, pendiri Mobile Monday, di sela Kuliah Perdana bertema Peluang Industri Kreatif di Era Mobile Lifestyle di Universitas Multimedia Nusantara, Serpong, Tangerang, Senin (23/8/2010).

Dikatakan Andy, jika pengembang-pengembang Indonesia ingin bersaing dengan pemain besar, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Salah satunya adalah tidak membuat aplikasi yang berat dalam hal kapasitas maupun fungsi.


Andy mencontohkan Yahoo! Go yang dianggapnya cukup 'cantik'. Sayangnya, saking 'cantik'nya, aplikasi tersebut cukup berat dan justru menyulitkan pengguna. Akhirnya Yahoo! Go pun mati hanya dalam usia empat tahun, sejak 2006 hingga 2010.

"Bisa dibandingkan dengan Mig33, aplikasi chatting itu justru bisa berkembang karena ringan," ujar Andy.

Para pengembang Indonesia juga diminta tetap membumi dan memperhatikan faktor-faktor kultur lokal.

"80 persen lagu yang diunduh oleh pemilik ponsel di Indonesia adalah lagu-lagu lokal. Mereka tidak mengenal iTunes, justru lebih menyukai hal-hal yang sifatnya lokal. Hal ini sudah banyak diadopsi oleh operator-operator dan vendor telekomunikasi, seperti Esia Hidayah yang memiliki konten-konten Islami, sesuai dengan agama mayoritas penduduk Indonesia sehingga mereka bisa berkembang," papar Andy.

Selain itu, Andy juga mengungkapkan kendala perkembangan aplikasi lokal yang ada di Indonesia. Pertama adalah pengembang yang cenderung ikut-ikutan dengan mengembangkan produk mirip dengan yang telah ada. Misalnya aplikasi Facebook yang banyak ditiru.

Kedua, lanjut Andy, kebanyakan pengembang hanya mengembangkan produk untuk kepentingan sendiri tanpa melihat pasar.

"Artinya, ketika memegang Android, mereka hanya mengembangkan aplikasi untuk sistem operasi tersebut tanpa melihat pasar sediki pun," ujarnya.

Ketiga adalah faktor mega produk. Para pengembang, dianggap Andy, hanya ingin membuat aplikasi yang lebih besar dari yang telah ada. Misalkan ada aplikasi yang telah banyak diunduh, dan mereka ingin membuat dua kali lebih besar dari aplikasi terdahulu, padahal itu belum tentu besar.

Ketiga faktor inilah yang dianggap Andy masih menjadi masalah terkait perkembangan aplikasi di negara dengan jumlah pengguna 3G sekira 10 juta ini.

sumber : http://techno.okezone.com/read/2010/08/23/325/365677/indonesia-surga-bagi-pengembang-aplikasi-mobile

POPULAR

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...