Langsung ke konten utama

Megatrends, Ledakan Konten dan Cloud

Masih ada ‘oleh-oleh’ menarik dari gelaran Hewlett-Packard (HP) di Hong Kong penghujung Juni lalu yang sayang dilewatkan. Salah satunya adalah soal Megatrends. Istilah ini dipopulerkan oleh futurolog John Naisbitt pada dekade 1980-an. Kala itu Naisbitt meramalkan ‘information economy.’

Executive Vice President Imaging and Printing Group (IPG) Hewlett-Packard (HP) Vyomesh Joshi (VJ) mengadopsi istilah Megatrends dalam paparannya di depan seratusan wartawan teknologi se-Asia Pasifik bertempat di Shaw Studio milik rakasasa film Shaw Brothers.

VJ memaparkan bahwa salah satu ‘Megatrends’ adalah ledakan konten. “700 miliar gigabyte dihasilkan konsumen. Dalam 3 tahun ke depan, akan ada 7.000 miliar gigabyte atau 10 kali lipat konten,” ujarnya.

Menurut pria keturunan India ini, jaringan sosial adalah tren kunci yang pertama, contohnya seperti Facebook, Viralspace, Orkut, QQ, lebih banyak waktu yang dihabiskan di sini dibandingkan dari gabungan Yahoo dan Google sekalipun.

Tren kunci kedua adalah mobilitas di dunia. Dia menyebut, penetrasi internet di AS mencapai 76 persen, China 20 persen dan India 7 persen.


“45 persen dari pengguna Internet berada di Asia dan itu sedang tumbuh. Mobile web akan menjadi fenomena di Asia. Bagaimana konsumen memakai pirantinya untuk produktivitas dan berbagi konten?” ujarnya.

Tren ketiga adalah semuanya berubah menjadi digital. “10 Tahun lalu, semua kamera analog. Namun sekarang, tak seorang pun memiliki kamera analog, semuanya digital,” kata mantan eksekutif Yahoo ini.

Tiga tren kunci inilah yang akan mendorong ledakan konten dan melahirkan ide bagaimana konsumen mengkreasi konten, berbagai konten dan mencetak konten itu. Dan mulailah VJ ‘menjual’ revolusi teknologi printernya yang berbasis web.

“Dunia lama (mencetak) membutuhkan PC, printer dan driver. Dunia baru adalah tentang smartphone, tentang tablet, tentang iPhone, iPod, iPad, iTunes dan tentang cloud,” ujarnya.

HP telah menjajal printer yang juga berisi aplikasi konten pihak ketiga ini seperti American Idol, Nickelodeon, BBC, dsb itu tahun lalu. Dari situ ditarik kesimpulan bahwa 70% konsumen mendownload aplikasi itu.

“Nickelodeon secara mengejutkan menjadi aplikasi nomor satu kami. Mengapa? Karena dia selalu memiliki konten segar. Konsumen harus selalu mendapatkan konten baru,” ujarnya. Selain itu, navigasi yang memudahkan konten dikonsumsi juga penting. “Konten sangat penting seperti halnya navigasi,” tukas VJ.

Aplikasi pihak ketiga itu, menurut dia, seperti ‘ditarik’ dari situs aslinya untuk dibenamkan di printer tersebut. Untuk itu, HP perlu memiliki infrastruktur tempatnya bisa ‘tekan’ dan ‘tarik’. “Kami butuh infrastruktur cloud untuk mengelola semua ini secara efektif,” ungkapnya.

VJ menekankan web adalah fenomena besar di Asia. “Bagian penting dari arsitektur ini adalah cloud, cloud adalah pusat untuk membuat semuanya sangat mudah,” ujarnya.

Printer berbasis web memberikan pengalaman ngeprint yang berbeda dan penuh gaya. Selain memberikan perintah lewat email, konsumen bisa ‘bermain-main’ dengan puluhan aplikasi konten di layar printer bagaikan memencet-mencet smartphone-nya yang penuh aplikasi konten informatif dan menghibur.

“Ini adalah alat yang sangat berbeda, ini bukan printer tapi piranti konten,” ujar Joshi. Bicara soal aplikasi ini, tiap negara akan memiliki fasilitas berbeda disesuaikan dengan kebutuhan setempat (dilokalisasi). Di negeri asalnya, HP telah menginjeksi 50-an aplikasi konten yang bisa diprint oleh konsumennya setelah melewati proses kustomisasi.

Misalnya saja tokoh-tokoh animasi dari Dreamworks yang bisa diprint hitam putih lalu diwarnai oleh anak-anak balita kita (kertas bergambar), berita-berita terkini dari BBC atau pun kupon diskon belanja dari OK Cashbag.

Lalu bagaimana penerapan aplikasi dari partner pada printer mutakhir ini di Indonesia? Dalam gelaran di Hong Kong, HP tidak membicarannya secara rinci per negara. Namun mengimajinasikannya sah-sah saja bukan? Bayangkan di layar Touchsmart printer tersebut telah terpasang aplikasi detikfood.com yang penuh dengan resep masakan.

Dan dengan sedikit sentuhan, resep yang Anda inginkan bisa Anda pilah lalu voila… dalam hitungan detik resep pilihan itu telah tercetak di depan mata. Tak ayal, syahdan ada juga pengguna rumahan yang menempatkan piranti ini di dapur, khusus
untuk memanfaatkan aplikasi “icip-icip”-nya!

sumber : http://teknologi.lawan.us/megatrends-ledakan-konten-dan-cloud/

Postingan populer dari blog ini

Upcoming Facebook Redesign Surface

Macam-macam Penyakit Dunia yang Dikenal oleh Masyarakat Aceh

Penyakit donya (dunia) dalam pengetahuan orang Melayu seperti di Aceh adalah penyakit yang disebabkan oleh hal-hal supranatural atau adikodrati, atau tersebab manusia yang bersekutu dengan jin, setan, atau makhuk halus yang jahat. Aceh adalah salah satu suku terbesar di Propinsi Aceh. Kebesaran suku Aceh tidak hanya tampak dari kesenian dan kepahlawanan masyarakatnya, tetapi juga pengetahuan mereka terhadap penyakit dan penyembuhannya. Bagi mereka, sakit adalah hal serius yang harus disikapi. Karena itu, mereka mengabadikannya dalam sebuah pengetahuan tentang klasifikasi penyakit dan penyembuhannya (Meuraxa, Dado 1956; Rusdi Sufi dkk, 2006; Rusdi Sufi dkk, 2004).

10 Alasan Akun Facebook di Blokir

Ada 10 alasan yang mendasar kenapa akun facebook dapat diblokir, yaitu : 1. Tidak menggunakan nama asli. Jangan pernah menggunakan nama julukan karena Facebook bisa mengetahuinya. 2. Bergabung dengan Group terlalu banyak. Facebook hanya membatasi setiap user bergabung dengan 200 group saja. 3. Terlalu banyak mengirim pesan atau Wall di sebuah Group. Buat pengalaman aja aku pernah diblokir Facebook 3 kali karena sering melakukan ini.hehe.