Jejaring sosial terbesar di dunia, Facebook, baru-baru ini digugat oleh penggunanya karena dituduh membocorkan data pribadi pengguna kepada para pengiklan.
Salah seorang pengguna Facebook asal South Lake Tahoe California, David Gould, menuding Facebook telah mengingkari kebijakan privasinya. Yaitu dengan mengungkap data-data pengguna yang mengeklik iklan di Facebook, meliputi nama asli, kota tempat tinggal, asal sekolah, serta daftar teman-teman.
Menurut Gould, kepada para pengiklan, Facebook mengirimkan referrer header setiap saat ada pengguna Facebook yang mengeklik iklan. Jadi setiap kali pengiklan menerima referrer header itu, para pengiklan bisa melihat profil pengguna spesifik yang telah mengeklik iklan itu.
Apalagi, kata Gould, saat itu, kebijakan privasi yang lama memungkinkan pengiklan juga mengakses nama username maupun foto pengguna Facebook, mengingat banyak di antara mereka yang tidak mengutak-atik pengaturan privasi mereka.
Gould menuduh Facebook telah membocorkan rahasia pribadi penggunanya. Padahal pada kebijakan privasi mereka Facebook berjanji tidak akan mengungkap informasi pengguna kepada pengiklan tanpa sepengetahuan pengguna.
Menanggapi hal itu, Juru Bicara Facebook Andrew Noyes mengatakan gugatan itu tidak patut dan perusahaannya akan melawan gugatan itu. Dia mengumumkan kesuksesannya menjaring pengiklan di situsnya.
Di saat yang sama, laporan dari BusinessWeek mengungkapkan pengiklan di Facebook meningkat hingga empat kali lipat sejak 2009. Facebook telah membuka cabangnya di berbagai negara, menambah jumlah tenaga penjualannya menjadi dua kali lipat dari 2008.
Facebook yang kini telah memiliki lebih dari 500 juta pengguna, memang sangat bergantung iklan. Sebelum mengubah kebijakan privasinya baru-baru ini, Facebook banyak dikecam, antara lain karena dituding mulai mengorbankan privasi penggunanya demi mengejar keuntungan iklan.
Beberapa perusahaan besar yang beriklan di Facebook antara lain Procter & Gamble, Toys 'R' Us, dan Adidas. Menurut ComScore, di Amerika Serikat saja, Facebook telah menampilkan 176 miliar iklan selama kuartal pertama, naik dari tahun sebelumnya yang sekitar 70,7 miliar iklan.
Sementara itu, tuduhan Facebook mengirim data kepada para pengiklan diungkap pertama kali oleh pakar dari AT&T dan Worcester Polytechnic Institute, lewat laporan berjudul "In the Leakage of Personally Identifiable Information Via Online Social Networks."
Saat itu, Facebook mengatakan bahwa mereka hanya menyediakan informasi tentang lokasi asal laman saat iklan yang bersangkutan diklik. Namun, kemudian Profesor Harvard Ben Edelman mengatakan bahwa secara otomatis Facebook juga menyertakan informasi profil pengguna yang mengeklik iklan tersebut.
Oleh karenanya username pengguna bisa diketahui oleh Facebook. Selain itu, secara default pengiklan juga bisa mengetahui nama, jenis kelamin, data-data profil, gambar-gambar, daftar teman-teman, jaringan,postingan di dinding, dan lain sebagainya.
Akhirnya belakangan Facebook mengaku telah merevisi kode programnya sehingga tak lagi mengirim informasi pribadi pegguna yang bisa dimanfaatkan oleh para pengiklan.
sumber : http://teknologi.vivanews.com/news/read/155105-dituding_bocorkan_data__fb_kebanjiran_ikian
Salah seorang pengguna Facebook asal South Lake Tahoe California, David Gould, menuding Facebook telah mengingkari kebijakan privasinya. Yaitu dengan mengungkap data-data pengguna yang mengeklik iklan di Facebook, meliputi nama asli, kota tempat tinggal, asal sekolah, serta daftar teman-teman.
Menurut Gould, kepada para pengiklan, Facebook mengirimkan referrer header setiap saat ada pengguna Facebook yang mengeklik iklan. Jadi setiap kali pengiklan menerima referrer header itu, para pengiklan bisa melihat profil pengguna spesifik yang telah mengeklik iklan itu.
Apalagi, kata Gould, saat itu, kebijakan privasi yang lama memungkinkan pengiklan juga mengakses nama username maupun foto pengguna Facebook, mengingat banyak di antara mereka yang tidak mengutak-atik pengaturan privasi mereka.
Gould menuduh Facebook telah membocorkan rahasia pribadi penggunanya. Padahal pada kebijakan privasi mereka Facebook berjanji tidak akan mengungkap informasi pengguna kepada pengiklan tanpa sepengetahuan pengguna.
Menanggapi hal itu, Juru Bicara Facebook Andrew Noyes mengatakan gugatan itu tidak patut dan perusahaannya akan melawan gugatan itu. Dia mengumumkan kesuksesannya menjaring pengiklan di situsnya.
Di saat yang sama, laporan dari BusinessWeek mengungkapkan pengiklan di Facebook meningkat hingga empat kali lipat sejak 2009. Facebook telah membuka cabangnya di berbagai negara, menambah jumlah tenaga penjualannya menjadi dua kali lipat dari 2008.
Facebook yang kini telah memiliki lebih dari 500 juta pengguna, memang sangat bergantung iklan. Sebelum mengubah kebijakan privasinya baru-baru ini, Facebook banyak dikecam, antara lain karena dituding mulai mengorbankan privasi penggunanya demi mengejar keuntungan iklan.
Beberapa perusahaan besar yang beriklan di Facebook antara lain Procter & Gamble, Toys 'R' Us, dan Adidas. Menurut ComScore, di Amerika Serikat saja, Facebook telah menampilkan 176 miliar iklan selama kuartal pertama, naik dari tahun sebelumnya yang sekitar 70,7 miliar iklan.
Sementara itu, tuduhan Facebook mengirim data kepada para pengiklan diungkap pertama kali oleh pakar dari AT&T dan Worcester Polytechnic Institute, lewat laporan berjudul "In the Leakage of Personally Identifiable Information Via Online Social Networks."
Saat itu, Facebook mengatakan bahwa mereka hanya menyediakan informasi tentang lokasi asal laman saat iklan yang bersangkutan diklik. Namun, kemudian Profesor Harvard Ben Edelman mengatakan bahwa secara otomatis Facebook juga menyertakan informasi profil pengguna yang mengeklik iklan tersebut.
Oleh karenanya username pengguna bisa diketahui oleh Facebook. Selain itu, secara default pengiklan juga bisa mengetahui nama, jenis kelamin, data-data profil, gambar-gambar, daftar teman-teman, jaringan,postingan di dinding, dan lain sebagainya.
Akhirnya belakangan Facebook mengaku telah merevisi kode programnya sehingga tak lagi mengirim informasi pribadi pegguna yang bisa dimanfaatkan oleh para pengiklan.
sumber : http://teknologi.vivanews.com/news/read/155105-dituding_bocorkan_data__fb_kebanjiran_ikian