Langsung ke konten utama

Strong Quake Jolts Indonesia’s Aceh

A strong earthquake jolted Indonesia’s Aceh province at the northern end of Sumatra Wednesday, damaging buildings and injuring at least a dozen people, officials said.

Indonesia’s Meteorology and Geophysics Agency issued a tsunami warning, but it was lifted more than an hour later after no big waves materialised.

The quake, measuring 7.2 on the Richter scale, struck at 5.15 a.m. (2215 GMT Tuesday) with its epicentre 75 km south-east of Sinabang on Simeulue island off the western coast of Aceh province. It occurred 34 km beneath the seabed, the agency said.



The US Geological Survey put the quake at 7.7 on the Richter scale.

The quake triggered blackouts in Banda Aceh, the capital of Aceh; in other regions in the province; and in the North Sumatra capital of Medan, local media reported.

The quake, followed by at least five aftershocks measuring up to 5.2, triggered panic among residents in a number of cities across Aceh.

On Simeulue, the fleeing residents remained outdoors and on higher ground for several hours, fearing aftershocks and a tsunami, the state-run Antara news agency reported.

Dozens of houses collapsed or were damaged in the Teupah Selatan sub-district, the hardest-hit area on Simeulue, while many power poles also collapsed, knocking out electricity on the island.

‘At least 12 people were injured, including four in critical condition, and they were treated at a local hospital,’ said Anang, an official.

He said the injured were hit by falling electrical poles, roof tiles and broken glass.

It was the latest in a series of earthquakes to hit Aceh in recent months.

A magnitude-9.2 quake struck in December 2004 off Aceh and caused a tsunami that spread death and destruction across the Indian Ocean. More than 170,000 people died or went missing in Aceh alone.

source : http://www.tecwiki.com/strong-quake-jolts-indonesias-aceh/

POPULAR

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...