Langsung ke konten utama

ABG Seret Ibunya ke Meja Hijau demi Facebook

Ternyata Facebook bisa menjadi salah satu penyebab cekcok antara ibu dan anak, yang berujung di persidangan.

Seorang remaja ABG belasan tahun baru-baru ini menyeret ibu kandungnya ke meja hijau, hanya gara-gara sang ibu mengintip isi Facebooknya.

Seperti dikutip dailymail, Lane, 16 tahun, meminta kepada pengadilan Arkansas agar menghukum ibunya, Denise New, karena 'mengobrak-abrik' akun Facebook-nya.

Lane menuduh ibunya tak hanya mengintip jeroan akunnya, melainkan juga memposting komentar-komentar yang bernada memfitnah atas nama dirinya.

Bahkan Lane mengklaim ibunya juga lalu mengubah email dan password, sehingga ia tak mendapatkan notifikasi dari Facebook dan tak bisa masuk kembali ke akun Facebook miliknya.


Merasa geram, Lane akhirnya mendaftar tuntutannya ke pengadilan dengan tuduhan ibunya telah memata-matainya. Tuduhan itu pun terus diperoses oleh pengadilan.

Jaksa penuntut Todd Turner tak bersedia mengomentari perseteruan ibu dan bocah itu, namun, mengatakan bahwa hukum Arkansas menyatakan bahwa seseorang melakukan perbuatan ofensif bila ia melakukan tindakan yang sangat mengganggu orang lain.

Denise sendiri melakukan aksinya 'mengoprek' Facebook Lane, saat anaknya itu tengah mengunjunginya di kota Arkadhelpia. Sehari-hari. Lane, memang tinggal bersama neneknya, karena bapak-ibunya sudah lama berpisah.

Wanita 42 tahun itu tergerak untuk 'menginspeksi' Facebook anaknya, saat anaknya tak sengaja meninggalkan komputer. Denise mengaku menaruh perhatian besar terhadap kehidupan Lane, setelah membaca beberapa entri di Facebook yang penting.

"Saya membaca Facebook-nya bahwa suatu malam dia mengemudikan mobil ke Hot Springs dengan kecepatan 95 mil per jam karena kecewa dengan seorang gadis. Saya ingin tahu apa yang sedang terjadi lewat Facebook," kata Denise membela diri.

Denise berpendapat, yang ia lakukan adalah dalam rangka menunaikan kewajibannya sebagai orang tua. Dia juga menganalogikan aktivitasnya masuk ke Facebook anaknya sama seperti masuk ke kamar tidur anaknya itu.

"Anda memiliki hak untuk memonitor anak Anda dan melakukan percakapan dengan anak Anda lewat Facebook. Apakah itu lewat akun pribadinya, lewat akun Anda, atau akun siapapun," kata Denise berargumen.

Namun, Lane berpendapat lain. Baginya kehidupan pribadinya di Facebook lebih penting daripada hubungannya dengan ibu kandungnya. Kini Lane tak sudi lagi bertemu dengan ibunya.

Denise sendiri masih harus menghadapi tuntutan anaknya di pengadilan. "Saya akan melawan tuntutan itu, bahkan bila harus naik banding. Saya pikir ini bisa menjadi preseden bagi para orang tua."

sumber : http://teknologi.vivanews.com/news/read/142859-abg_seret_ibunya_ke_meja_hijau_demi_facebook

POPULAR

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...