Langsung ke konten utama

Profile: Dulmatin, JI's 'Genius'

Dulmatin
The US government has offered a $10m reward for Dulmatin's capture
Dulmatin, also known as Joko Pitono and nicknamed Genius, is widely believed to be a senior member of the shadowy Asian militant group Jemaah Islamiah (JI).
Accused of helping plan and execute the bomb attacks in Bali in 2002, he has so far evaded capture and is currently believed to be living in the Philippines.

While he has long been on Indonesia's most wanted list, he now appears to be an important target for the US as well.

A US offer of a $10m reward for information leading to his death or arrest indicates just how influential officials believe him to be.

Washington gave the same amount of money to Thailand in 2003, for its part in the arrest of Hambali - dubbed by the Central Intelligence Agency as the "Osama Bin Laden" of South East Asia.

Electronics expert
An Indonesian national born in central Java in 1970, Dulmatin originally worked as a car salesman.


The exact time he became interested in militant activity is unknown. But he is widely believed to have been the protege of Azahari Husin, one of the suspected masterminds of the 2002 Bali attacks and other bombings, who was killed by police in 2005.

Aftermath of Bali bombings (12/10/2002)
The two Bali bombs killed 202 people, mostly foreign tourists
Dulmatin is not thought to have had any formal scientific training, but he appears to have gained significant technical skills, supposedly under the guidance of Azahari.

According to the Asia Pacific Foundation, Dulmatin was among the few JI militants able to assemble and explode large chlorate and nitrate bombs.


Dulmatin is also known to have attended a militant training camp in Afghanistan, returning to Indonesia in the mid 1990s, where he is thought to have been a regular visitor at an Islamic school in Solo founded by Abu Bakar Ba'asyir, the man alleged to be JI's spiritual leader.

Ba'asyir was jailed for conspiracy over the 2002 Bali attacks, though he was later cleared of the offence.

Phone bomb
Dulmatin first became internationally known when named as a key suspect for the bomb attacks at two nightclubs in Bali on 12 October 2002.

A total of 202 people died in the attacks, many of them foreign tourists.

He is believed to have set off one of the bombs with a mobile phone, as well as making explosive vests for a suicide bomber and working alongside Azahari to assemble the massive car bomb used in the attacks.
Dulmatin photo fit, Nov 2002
Police issued this photo fit of Dulmatin after the 2002 Bali bombs
Like Azahari and his suspected accomplice Noordin Mohamed Top, some analysts believe Dulmatin has also been involved in other bomb attacks in East Asia, but there is little direct evidence of this.

In fact, since 2003 he is believed to have been based in the southern Philippines, involved in training other militants at secret camps.

In 2005, he was thought to have been killed in a targeted air strike by the Philippine military, but the information turned out to be wrong.

In January 2007, the Philippines army said he had been injured during a gun battle between troops and Abu Sayyaf militants, though it was not clear if he was seriously hurt.

According to regional analysts, there are fears that Dulmatin and other JI operatives, notably Umar Patek, have formed an alliance with the Abu Sayyaf, the smallest and most radical of the Islamic separatist groups in the southern Philippines.

Abu Sayyaf was thought to be providing protection and assistance to JI, while JI provided bomb-making expertise and training in return.
source : http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/4318666.stm

POPULAR

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...