Langsung ke konten utama

Perang Hak Asasi Manusia Meningkat di Internet

Amerika Serikat mengatakan perang hak asasi manusia sedang meningkat di Internet seperti China, Iran dan negara lainnya yang mencoba memblokir akses para politikus dan lainnya pada Kamis.

Kementerian luar negeri menyoroti bagaimana Internet menjadi ajang tempur antara pendukung dan lawan atas hak-hak dasar seperti kebebasan berekspresi dan berpendapat sebagaimana dalam laporan pelecehan hak asasi manusia di seluruh dunia pada 2009.

\"Ini tahun dimana orang mendapatkan akses yang besar dari pada sebelumnya untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak akan hak asasi manusia melalui Internet, telepon genggam, dan alat penghubung teknologi lainnya,\" katanya dikutip AFP.

\"Di waktu bersamaan tahun ini juga dimana pemerintah menghabiskan banyak waktu, uang dan perhatian membuat undang-undang dan cara-cara teknis untuk membatasi kebebasan berekspresi di Internet dan arus kritik informasi,\" tuturnya.


Pemerintah seperti itu juga mencari \"untuk melanggar hak asasi privasi perseoarangan kepada seseorang yang ingin memanfaatkan perkembangan teknologi yang pesat,\" ungkapnya.

Di Iran setelah persaingan pemilihan presiden, pemrintah menindak media baru seperti Facebook, Twitter dan situs jaringan sosial lainnya .

\"Setelah pemilihan pada bulan Juni, ada penurunan besar pada bandwidth, beberapa ahli mengemukakan pemerintah melarang aktivis turut terlibat protes dalam akses Internet dan mengambil data video berukuran besar,\" katanya.

Di China, pemerintah meningkatkan usaha mengawasi pengguna Internet, mengontrol isi Internet, larangan informasi, pemblokiran akses situs website luar negeri dan domestik, keberanian pensensoran, dan menghukum siapa saja yang melanggar peraturan.

\"Pemerintah mempekerjakan ribuan orang di tingkat nasional, profinsi, dan lokal untuk mengawasi komunikasi dengan alatelektronik,\" ujarnya dalam laporan.

\"Pemerintah saat ini memblokir akses situs yang dioperasikan oleh saluran-saluran luar negeri, organisasi kesehatan, pemerintah luar negeri, institusi pendidikan dan situs jejaring sosial,\" tuturnya.

\"Pemerintah juga mensensor e-mail dan Obrolan web secara otomatis berdasarkan daftar kata kunci sensitif yang selalu diperbaharui,\" pernyataan kementerian luar negeri.

Di negeri berajaran komunis Korea Utara, \"Pemerintah mencoba mengontrol hampir semua informasi,\" ujarnya.

\"Tidak ada kebebasan media, akses Internet dibatasi hanya kepada pejabat tinggi negara dan elit lainnya dan kebebasan akademik tampak ditekan,\" katanya.

\"Pemerintah melarang semua kecuali kalangan elit politik dengan mendengar siaran media luar negeri, dan para pelanggar akan dikenakan hukuman berat,\" katanya.

Di Kuba, \"Pemerintah hampir menguasai seluruh Internet akses,\" tuturnya.

Para penguasa \"meninjau dan mensensor e-mail\" serta penggunaan penyaring dalam mesin pencari google dan memblokir akses website yang menentangnya.

\"Warga negara hanya mengakses Internet seizin institusi negara yang telah disetujui, kecuali fasilitas Internet yang digunakan untuk misi diplomatik,\" katanya.

Di Mesir, sekutu AS, pemerintah telah mempromokasikan penggunaan Internet tapi sangat diawasi. \"Selama setahun, polisi dilecehkan, ditahan, dan diduga di salah gunakan beberapa bloggers dan aktivis Internet,\" katanya.

sumber : http://www.antaranews.com/berita/1268460741/perang-hak-asasi-manusia-meningkat-di-internet

POPULAR

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...