Langsung ke konten utama

Kronologi Penyergapan Terduga Teroris di Aceh

Operasi penyergapan pada Kamis 4 Maret 2010 gagal membekuk seluruh tersangka teroris yang sedang menjalankan latihan militer di Aceh Besar. Bahkan tiga personel polisi tewas dalam operasi itu.

Sebagian tersangka teroris itu kemudian berhasil menghindar kontak dengan aparat. Dan hari ini, Jumat 12 Maret 2010, kepolisian menerima informasi dari Komando Rayon Militer Leupung, Aceh Besar.

"Koramil dalam hal ini mungkin mendapatkan informasi dari masyarakat yang melihat orang itu turun dari Lampagu, Kecamatan Kuta Cot Glie, dan mereka laporkan kepada Pak Geuchiknya di situ dan itu yang diteruskan mungkin kepada anggota Koramil Leupung tadi," kata Kepala Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam, Inspektur Jenderal Adityawarman, dalam jumpa pers di markasnya, Banda Aceh.


Informasi itu adalah, ada sejumlah orang bukan Aceh yang menyewa mobil pick up L300 berplat BK 1116 GU berwarna hitam dari Lambaro, dua kilometer dari Banda Aceh, hendak menuju Meulaboh. Koramil lalu menginformasikan itu ke Polres Aceh Besar. Lalu Kepolisian mengkoordinasikan semua kantor Polsek di sekitar wilayah yang akan dilewati mobil tersebut.

Setiap Polsek lalu melakukan razia kendaraan yang lewat di jalan raya menghubungkan Banda Aceh dengan Meulaboh. Salah satu yang melakukan razia adalah Polsel Leupung, Aceh Besar.

"Jadi pada saat itu ada kecerdikan juga dari anggota itu, dia tahu mau menangkap mobil L-300, mereka sembunyi melihat dari jauh kemudian baru disergap sehingga tidak ada kesempatan orang di belakang itu sempat lari," kata Adityawarman.

Namun penumpang yang di depan itu sempat keluar. Dia sempat menembak dua kali. Namun tembakannya meleset dan justru balasan dari aparat polisi yang kemudian berhasil menembaknya. Dua orang di antara kawanan itu terluka akibat tembakan. Sementara delapan lagi menyerahkan diri.

"Kami mengucap syukur pada Tuhan yang maha kuasa," kata Adityawarman. Bersyukur karena personel polisi yang membekuk hanya berjumlah delapan orang namun sukses membekuk 10 orang.

Satu dari sepuluh orang, yakni Abu Baro diduga warga Aceh. Namun polisi masih meneliti lebih jauh.

Sementara "sopirnya Zakiruddin kami sedang periksa, asal Bireun kalau nggak salah itu," kata Adityawarman. Zakiruddin sementara diketahui hanya disuruh menyetir mobil ke Meulaboh.

Para tersangka teroris ini bukan langsung membayar ke sopir itu tapi di loket. Mereka membayar masing-masing Rp 120 ribu perorang. "Jadi dia setuju sehingga berangkat mereka," kata Aditya. Ketika ditanya Zakiruddin pekerjaan mereka, para tersangka teroris ini menjawab mereka pekerja yang membawa chainsaw sehingga tidak menimbulkan kecurigaan.

sumber : http://id.news.yahoo.com/viva/20100312/tpl-kronologi-penyergapan-terduga-terori-fa55e98.html

POPULAR

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...