Langsung ke konten utama

Malaysia Ranking Satu, Indonesia Ranking 20

Masih merupakan mimpi untuk mengejar negara maju seperti Amerika Serikat atau Swedia dalam hal konektivitas. Jika tahun lalu Indonesia kalah dengan Malaysia, hal serupa masih terjadi di 2010 ini.

Demikian hasil The Connectivity Scorecard 2010, sebuah penelitian yang dilakukan Profesor Leonard Waverman, Dekan Haskayne School of Business di London, bersama dengan kelompok konsultan ekonomi, LECG. Demikian keterangan tertulis NSN yang diterima detikINET, Senin (15/2/2010).

Dalam penelitian tersebut, Indonesia masuk dalam jajaran 25 negara dengan kategori 'Resource and Efficiency-Driven Economies'.



Nah, dalam hal ini Malaysia berada di puncak dengan nilai 7,14. Alhasil, tiga kali gelar 'jawara' puncak di bidang ini berhasil diraih Negeri Jiran tersebut.

Posisi kedua dalam kategori ini diraih Afrika Selatan. Selanjutnya disusul oleh negara-negara Amerika Latin seperti: Chile, Argentina, Brazil, dan Meksiko.

Seperti terjadi pada penelitian sebelumnya, raksasa Asia, India dan Cina, tidak tampil mengesankan. Cina tampil di urutan ke-17, sementara India 21. Hasil ini mungkin mengejutkan, melihat besarnya ekonomi kedua negara tersebut.

Indonesia Mengekor Di Posisi 20

Indonesia kini berada di urutan 20, dari total 25 negara. Sebagai perbandingan, tahun lalu Indonesia berada di urutan 46 dari 50 negara yang disurvei.

Dikutip detikINET dari Reuters, Senin (15/2/2010), Malaysia sukses memuncaki daftar di kategori 'negara berkembang' karena memiliki kerjasama yang baik antara sektor publik dan swasta. Malaysia juga disebut melakukan investasi infrastruktur yang besar-besaran sehingga memikat bagi perusahaan asing.

Bagaimana mau menyusul Malaysia, dana riset 2010 untuk Kementrian Negara Riset dan Teknologi saja cuma dianggarkan Rp 100 Miliar. Anggaran ini terbilang kecil mengingat perkembangan teknologi saat ini begitu pesat. Sepertinya, pemerintah memang harus berkaca kepada negara tetangga.

sumber : http://www.detikinet.com/read/2010/02/15/151325/1299881/398/malaysia-ranking-satu-indonesia-ranking-20

POPULAR

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...