Langsung ke konten utama

Manohara Buka Lowongan Suami



Manohara siap membuka pintu untuk mencari suami lagi.

Manohara ogah terus menerus memikirkan tentang pernikahannya terdahulu. Untuk melupakan kisah pahitnya, dia siap untuk cari suami baru. Buka lowongan nih?

“Mano sekarang terbuka dengan segala sesuatu. Kalau ada yang cocok, why not?” ujar Manohara saat ditemui di kawasan Jeruk Purut, Jakarta Selatan, baru-baru ini.

Pengalaman pahit dengan bekas suaminya, Pangeran Kelantan Tengku Fakhry, memang masih membekas dalam ingatan Mano. Itu kenapa, ia berharap cowoknya nanti bisa mengerti soal masa lalunya.

“Kalau memang ke depannya ada yang cocok dan dia mengerti tentang masa lalu aku, ya udah dijalanin aja,” tutur cewek berumur 17 tahun itu.

“Dan aku nggak ada kriteria khusus, yang penting hormat aja sama Mano dan keluarga,” harap Mano.

Namun, cewek blasteran Prancis dan Bugis itu mengaku agak susah mencari pengganti Fakhry.

“Aku tahu tidak segampang itu mencari laki-laki, relationship itu kan perasaan tentang hati dua orang. Jadi nggak mungkin tanpa sebab bisa dipaksakan untuk saling jatuh cinta,” timpal Mano.

“Kalau bisa melihat latar belakang Mano, ya sukur. Tapi kalau nggak ya maaf, nggak bisa dipaksa untuk deket sama Mano. Takutnya nanti malah ada gimana-gimana di belakang,” tambah cewek kelahiran Jakarta, 28 Februari 1992 itu.

Diakui Mano, saat ini dirinya memang sedang membuka diri untuk siapapun. Walaupun dekat dengan banyak lelaki, Mano belum bisa menemukan mana yang sesuai dengan pilihan hatinya.

“Untuk saat sekarang nggak ada, tapi kita lihat aja ke depannya nanti,” tutup pemilik nama lengkap Manohara Odelia Pinot tersebut.

sumber : http://www.rmblitz.com/index.php?q=infotaint&id=5235

POPULAR

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...