Langsung ke konten utama

Makan Malam Bisa Bikin Langsing?


Selama ini, ada anggapan melewatkan makan malam bisa jadi salah satu cara menurunkan berat badan secara drastis. Namun, ternyata ada caranya agar makan malam tidak mengganggu program diet Anda, bahkan bisa menjaga berat badan ideal.
Sebuah studi baru-baru ini dirilis Harvard Medical School melaporkan, menjalani makan malam bersama keluarga cenderung membuat membantu menurunkan berat badan sekitar dari 15 persen. Bagaimana bisa?

Saat ini, menurut sebuah Jurnal, kurang dari sepertiga dari semua anak di AS tidak lagi menjalani makan malam bersama kedua orangtuanya. Salah satu penyebabnya, makin padatnya kesibukan kerja para orangtua.
Keadaan inilah yang membuat orangtua tidak lagi memperhatikan asupan keluarga di malam hari. Anda atau anak-anak mungkin akan lebih memilih menyantap makanan cepat saji, junk food atau mie instan yang lebih praktis dan gampang dibuat. Itulah yang membuat bobot tubuh mudah melambung.
Selain itu, ada keuntungan lain dari makan malam bersama. Saat Anda, pasangan, dan anak-anak duduk di satu meja, makan dan ngobrol, bisa menambah kedekatan anggota keluarga. Cara ini bisa jadi jalan keluar untuk memperbaiki kondisi keluarga yang sedang tidak harmonis.
Studi lain dari Universitas Columbia, AS, menemukan, "Remaja dari keluarga yang hampir tidak pernah makan malam bersama, 72 persen lebih sering menggunakan narkoba, obat-obatan terlarang, rokok dan alkohol dari remaja yang sering melakukan ritual makan malam bersama.”
Laporan dari studi yang sama juga menyatakan, remaja yang makan malam bersama orangtua  kurang dari tiga kali seminggu lebih cenderung tertarik untuk merokok dan minum alkohol daripada remaja yang makan malam dengan orangtua enam kali seminggu.

POPULAR

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...