Langsung ke konten utama

iPad Jadi Bahan Lawakan di Internet

Saat CEO Apple Steve Jobs mengumumkan nama iPad, Rabu (27/1/2010) di San Francisco, AS, untuk tablet terbaru buatannya, hal itu ternyata langsung menjadi bahan tertawaan di internet. Di layanan mikrobloging Twitter, nama tersebut menjadi bahan melucu karena dalam Bahasa Inggris berkonotasi pada sebutan untuk pembalut wanita, pads.

Begitu Steve Jobs mendeskripsikan produk tersebut sebagai sesuatu yang jauh lebih intim daripada sebuah laptop, lawakan tersebut dimulai dan segera menyebar. Bahkan di Twitter, nama ini menjadi bahan lawakan dengan kata kunci "iTampon" dan sempat menjadi trending topics.


Tidak cukup itu saja. Dalam hitungan jam, segera beredar link ke video guyonan buatan MadTV tahun 2006 di YouTube yang mendeskripsikan perangkat mirip iPod yang berasosiasi dengan alat bantu seks untuk perempuan. Jadi, lawakan untuk produk buatan Apple tadi bukan yang pertama.

Apple sendiri menolak berkomentar soal proses pemilihan nama tersebut dan tak mau mengonfirmasi berapa jumlah perempuan yang terlibat dalam pemilihannya saat dilansir AP. Pastinya, saat diluncurkan, tiga eksekutif yang ada di atas panggung semuanya adalah laki-laki.

Meski demikian, pengamat merek menilai bahwa nama iPad tidak akan berpengaruh buruk terhadap merek produk tersebut. Alasannya, mereka konsisten dengan produk Apple lainnya yang khas dengan huruf "i" di depan, seperti iPod, iPhone, dan iMac.

Ira Kalb, Direktur Center for Global Innovation di University of Southern California, AS, malah berpendapat bahwa lawakan tersebut bagus buat Apple. Lawakan tersebut menurutnya lebih nendang untuk menyebarkan merek iPad di internet dan akan hilang dengan sendirinya.

sumber : http://tekno.kompas.com/read/xml/2010/01/29/19243855/iPad.Jadi.Bahan.Lawakan.di.Internet

POPULAR

Kerajaan Jeumpa, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Teori tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para peneliti, baik cendekiawan Muslim maupun non Muslim. Umumnya perbedaan pendapat tentang teori ini didasarkan pada teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara. Mengenai teori Islamisasi di Nusantara, para ahli sejarah terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu pendukung (i) Teori Gujarat (ii) Teori Parsia dan (iii) Teori Mekah (Arab). Bukan maksud tulisan ini untuk membahas teori-teori tersebut secara mendetil, namun dari penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Mekkah (Arab) lebih mendekati kebenaran dengan fakta-fakta yang dikemukakan. Teori Mekkah (Arab) hakikatnya adalah koreksi terhadap teori Gujarat dan bantahan terhadap teori Persia. Di antara para ahli yang menganut teori ini adalah T.W. Arnold, Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, SMN. Al-Attas, A. Hasymi, dan Hamka. i Arnold menyatakan para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka mendo...

Generasi Muda Wajib Tahu! Museum Tsunami Aceh Jadi Pusat Belajar Mitigasi

MUSEUM Tsunami Aceh kembali jadi sorotan. Kali ini, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ( Wamen Dukbangga ) atau Wakil Kepala BKKBN , Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka , berkunjung langsung untuk melihat bagaimana museum kebanggaan masyarakat Aceh ini terus hidup sebagai pusat edukasi kebencanaan, Kamis, 9 Oktober 2025.  Didampingi Ketua TP PKK Aceh Marlina Usman, kunjungan ini bukan sekadar seremoni. Isyana menegaskan bahwa museum ini punya peran strategis: bukan hanya monumen peringatan tsunami 2004 , tapi juga ruang belajar generasi muda tentang kesiapsiagaan bencana dan ketangguhan keluarga. “Museum ini jadi pengingat dahsyatnya tsunami 2004, sekaligus tempat belajar bagi generasi yang saat itu belum lahir. Mereka perlu tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” ujar Isyana, yang juga mengenang pengalamannya meliput langsung Aceh pascatsunami 20 tahun lalu. Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra AZ, menyambut hangat kunjungan ini. Ia menegaskan bahw...

Museum Tsunami Aceh Hadirkan Koleksi UNHCR sebagai Media Pembelajaran Kebencanaan

UPTD Museum Tsunami Aceh akan segera memperkaya koleksinya dengan penambahan barang-barang bersejarah berupa bantuan kemanusiaan yang digunakan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi pasca tsunami 2004. Koleksi ini akan disumbangkan oleh UNHCR Indonesia sebagai wujud dukungan terhadap upaya pelestarian memori kolektif bencana dan pendidikan kebencanaan. Barang-barang yang akan diserahkan antara lain selimut, ember, perlengkapan dapur, dan tikar yang membawa logo UNHCR. Kepala Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Francis Teoh, menegaskan bahwa benda-benda tersebut bukan sekadar artefak, melainkan simbol nyata dari solidaritas global. “Barang-barang ini merupakan saksi bisu dari upaya kemanusiaan dunia yang menyatu dengan gelombang solidaritas untuk Aceh,” ujar Teoh, Sabtu, 27 September 2025. Teoh yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di UNHCR dan terlibat langsung dalam tanggap darurat tsunami Aceh, menambahkan bahwa Museum Tsunami Aceh adalah ruang pembelaj...